Berita Hindu Indonesia - Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa suatu kesenian pasti diawali dengan proses penciptaan sehingga terwujud dalam suatu bentuk gerakan, irama, nada maupun benda. Namun demikian proses penciptaan itu hanya sebatas tata lahir atau fisik yang tidak atau belum menyentuh nuansa spiritual atau batin selaras dengan keberadaan seni dan budaya ini secara utuh. Akibat yang terjadi adalah kesenian ini hanya memiliki fungsi sebagai tontonan belaka. Output yang didapatkan hanyalah sebatas aspek estetika semata. Oleh karenanya dalam rangka optimalisasi seni dan budaya, upaya menggali nilai – nilai spiritual dari suatu bentuk kesenian merupakan langkah strategis guna mengangkat kembali aura spiritualnya.
Bagi umat Hindu tarian dan kidung mempunyai peran besar dalam mewujudkan kesakralan dalam suatu upacara keagamaan. Ini artinya segala proses pementasannya harus dengan kesucian yang diselaraskan nilai – nilai ajaran Agama Hindu. Sungguh damai dan nikmat apabila cipta, rasa dan karsa kita bisa menikmati dan merasakan vibrasi positif dari sebuah seni tradisi yang bersifat sakral. Bentuk yang dapat dipahami oleh indra terkait dengan ketepatan pemahaman, dan karena alasan ini pula seni tradisional memiliki kaidah yang menerapkan hukum kosmis dan universal dalam bidang bentuk. Karena itu di balik aspek lahiriahnya yang umum, tersingkaplah pola peradaban yang bersangkutan. Pada gilirannya pola ini menunjukkan bentuk intelektualitas peradaban tersebut. Jika seni kehilangan sifat tradisionalnya atau kesakralannya, dan menjadi manusiawi, individual, serta berubah-ubah, ini menjadi pertanda pasti penyebab dari kemerosotan intelektual. Karena seni yang sakral ini banyak berkaitan dengan wilayah eksoterisme, yang memasukkan suatu ciri intelektual ke dalam bidang ibadah dan tradisi tersebut. Karena itu, bentuk-bentuk tersebut membawa keseimbangan. Sekiranya keseimbangan tersebut tidak ada, keseluruhan peradaban itu akan musnah. Jadi, jiwa yang dibangun oleh seni suci itu, adalah napas dari pembentuk dunia kita: lalu-kini dan nanti.