Berita Hindu Indonesia - Hindu Nusantara telah "tidur nyenyak di pembaringannya" sejak runtuhnya Majapahit utamanya di kawasan Jawa. Sungguh sangat menyedihkan torehan sejarah pada waktu itu, ketika sebuah panutan spiritual yang konon telah mendarah daging yang dibangun dalam kurun waktu yang cukup lama di bumi nusantara ini harus sirna dalam waktu yang relatif sigkat bak panas setahun terhapus oleh hujan sehari.
Sebagai penganut dharma yang ingin melestarikan ajaran suci, kita tentunya merasa kehilangan akan nilai - nilai luhur yang pernah mengantarkan masyarakat pada masanya itu kedalam kehidupan yang tata tentrem kerta raharja, gemah ripah loh jinawi subur ingkang sarwa tinandur. Kebangkitan Hindu di Jawa maupun seluruh Nusantara rasanya ingin segera terwujud. Namun ramalan, harapan dan kenyataan sepertinya tak menuju satu titik yang sama. Meski demikian Kebangkitan Hindu bukan hal mustahil.
Dalam sebuah literatur sastra Jawa menjelaskan bahwa tidurnya Hindu Nusantara akan menelan waktu yang cukup panjang hingga 500 tahun. Setelah itu baru akan bangkit lagi dari tidur panjangnya yang ditandai dengan adanaya kejadian alam erupsi Gunung Merapi yang memuntahkan lahar ke arah barat daya.
Para spiritualis Jawa sangat meyakini adanya ramalan tersebut. Sang waktu pun berjalan dan sampailah sudah pada tanda - tanda alam itu pun tiba dengan meletusnya gunung Merapi pada tahun 1978. Namun faktanya adalah tidak terbaca secara kasat mata adanya kebangkitan panutan spiritual itu. Hanya sebuah sinyal sporadis yang mengindikasikan munculnya hasrat para spiritualis ingin kembali melestarikan tradisi adat warisan budaya para leluhur yang telah menjadi keyakinan empiris di dalam kehidupannya. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam spiritualitas tradisi adat Jawa dipastikan semua bersumber dari nilai - nilai ajaran Hindu. Karena lepasnya suh yang dipegang oleh kaum Brahmana memaksa umat harus bergerak sendiri - sendiri sesuai dengan desa drestanya masing - masing.
Ruang kebangkitan Hindu sebenarnya sudah mulai terbuka. Namun masalahnya adalah sejauh mana kita dapat menangkap isyarat dan bagaimana cara kita dapat memanfaatkan peluang itu dengan sebaik - baiknya. Disini perlu kecerdasan berpikir untuk menggapai tujuan yang hendak dicapai.
Harus dipahami secara realistis bahwa dalam menanggapai gejala kebangkitan Hindu tidak bisa semuanya diserahkan pada kodrat alam atau pasrah sumarah., Kodrat alam memang terus akan bergerak namun mesti dibarengi dengan langkah strategis yang selaras dengan gerak alam dan perkembangan zaman.
Karena tidurnya Hindu Indonesia sudah cukup lama, maka kebangkitannnya variatif dan sporadis di berbagai wilayah Nusantara yang dibarengi dengan era globalisasi dan ditandai dengan semakin menguatnya intensitas nilai luar masuk ke dalam tata nilai kehidupan bangsa termasuk India yang merupakan sumber ajaran Hindu. Mereka bangkit dengan kemampuan secara situasi dan kondisi yang selaras dengan pemahaman, kemampuan dan caranya masing - masing. Tidak ada komando, tidak ada koordinasi yang baik maka tak dapat dihindari munculnya rasa egoisme baik secara sektoral maupun fungsional yang berlebihan dari masing - masing kelompok.
Disisi lain bagi mereka yang telah menikmati tatanan spiritual baru yang sudah merasa nyaman menutup kehendak sebagian pengikut yang ingin kembali kepada nilai - nilai yang dianggapnya kuno. Mereka mendominasi kemampuan dan fasilitas yang ada, nampaknya serta merta dapat menerima fenomena ini dan ada kecenderungan untuk mempersempit ruang geraknya peninggalan Majapahit itu dengan segala cara,
Hindu sebenarnya memberikan ruang demokratisasi yang seluas - luasnya dalam penghayatan dan pengamalan sradha dan bhakti bagi umatnya. Sangat terbuka lebar munculnya kelompok - kelompok spiritual yang berhulu pada nilai - nilai ajaran Hindu. Di dalam budaya Jawa ada istilah "beda lumrah kurepe yen ginigit padha rasane" yang artinya berbeda dalam bentuk tetapi kalau digigit sama rasanya (esensinya sama).
Kita tinggalkan rasa kecemburuan, rasa curiga, rasa ego etnis, ego sektoral, ego fungsional dan ego - ego yang lainnya. Jangan melihat siapa yang bicara tetapi dengarkan apa yang dibicarakan, janganlah perhatikan siapa yang mengambil prakarsa, tetapi perhatikanlah langkah apa yang diprakarsai demi untuk kebangkitan Hindu. Ayo bangkit mulai bergerak bersama mengejar ketertinggalan dalam satu visi dan misi dengan mengedepankan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi segenap potensi.
Ibarat sebuah untaian rantai perjalanan zaman, masa lalu eranya milik leluhur kita yang telah mampu menorehkan tinta emas dengan peninggalan sejarah yang mengagumkan tidak hanya berupa fisik tetapi juga niskalanya. Sebagai pemegang mata rantai sejarah masa kini adalah tanggung jawab kita. Pertanyaan di depan mata adalah mampukah kita menciptakan hal yang baru setidaknya merawat peninggalan para leluhur untuk kelanggengan Hindu Nusantara sebagai persembahan bagi generasi yang akan datang dengan mensinergikan potensi yang dimiliki. Dan yang perlu direnungkan adalah modal dasar dari sinergi adalah keragaman bukan keseragaman. Perbedaanlah yang bisa membuat sinergitas.
Penulis: Kasiyanto, S.Ag (Umat Hindu Jawa Tengah)