Berita Hindu Indonesia - Tenganan sebuah desa tua di tanah Dewata
ini yang dikenal juga dengan Desa Bali Aga, memiliki upacara adat dan merupakan
sebuah tradisi unik yaitu perang pisang atau mesabatan biu. Pelaksanaannya saat
upacara aci katiga sekitar akhir Maret dan awal April di desa Daud Tukad
Tenganan, kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem. Keunikan upacara ini yang
kental dengan nuansa ritual dan religi dan jalankan secara turun temurun oleh
warga Tenganan, menambah keragaman adat dan tradisi yang ada di Bali yang membuat
para pelancong yang liburan di Bali menjadi penasaran ingin mengetahuinya,
karena yang membuat mereka tertari bukan hanya objek wisata yang mempuni tapi
banyak faktor lainnya seperti budaya dan tradisi, keramah-tamahan, kreatifitas
seni, ritual-ritual, keamanan, berbagai macam taman hiburan dan banyak lagi
yang lainnya.
Perang Pisang |
Perang pisang di Tenganan Upacara perang
pisang atau mesabatan biu ini digelar di pelataran pura Bale Agung, dalam
rangka pelantikan ketua dan wakil ketua pemuda setempat. Diikuti oleh 16 pemuda
desa yang dipilih oleh kelian adat untuk dilawankan dengan 2 orang (calon ketua
dan wakil). Sebelum upacara ini dimulai para pemuda ini mencari pisang dan kelapa, dan pisangnya untuk digunakan
sebagai senjata dalam perang. Ke-16 pemuda tersebut berkumpul di suatu tempat,
di ujung desa sekitar 300 meter dari pura Bale Agung, berganti pakaian
sehari-hari dengan menngunakan kamben, udeng (penutuk kepala) dan tanpa baju
dan menunjukkan mereka sudah dewasa, dan ke-2 pemuda sudah berdiri di jalan berlawanan.
Para tetua laki-laki duduk duduk di atas bale yang terletak di jeroan Bale
Agung, sedangkan para Ibu menyiapkan makananan khusus untuk megibung (ritual
makan bersama). Para Bapak, pemuda-pemudi dan anak-anak, kelihatan berjejer di
sepanjang jalan yang akan menyaksikan berlangsungnya perang, budaya dan tradisi
ini memang cukup unik.
budaya dan tradisi ini memang cukup unik.
|
Ritual mesabatan biu Setelah ada aba-aba
dari kelian adat Tenganan Daud Tukad, pertanda perang dimulai, para pemuda
dengan langkah setengah berlari menuju pertengahan jalan antara pura dan ujung
jalan, dan di sini perang di mulai, dua pemuda yang menjadi sasaran perang dan
diperbolehkan untuk melawan tentu akan kewalahan karena perang yang tak
seimbang, namun demikian kaki mereka terus melangkah menuju pura, karena mereka
tidak boleh berhenti, apalagi sampai tergopoh-gopoh dan jatuh, kalau itu
terjadi mereka akan dianggap gagal dan tidak pantas menjadi pemimpin. Upacara
akan berakhir setelah ke-2 calon ketua dan wakil pemuda ini sampai di pintu
gerbang Pura Bale Agung, sehingga setelah melewati pintu gerbang mereka
dianggap lulus dan dengan wajah lebam-lebam.Tujuan adanya pemilihan dengan
perang pisang ini untuk mencari pemimpin yang kredibel, kuat mental dan fisik
menghadapi persoalan yang semakin komplek. Tenganan memang unik selain tradisi
perang pisang, juga memiliki tradisi perang pandan atau mekare-kare.