Berita Hindu Indonesia

Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.
Tata Cara Menanam Ari-Ari Bayi Secara Hindu dengan Cara Sederhana

On 2:11 PM with No comments

 

Tata Cara Menanam Ari-Ari Bayi

Berita Hindu Indonesia -  Dalam tradisi Hindu, menanam ari-ari atau plasenta bayi merupakan salah satu upacara sakral yang melambangkan rasa hormat kepada leluhur, alam semesta, dan kekuatan spiritual yang melindungi bayi. Berikut adalah tata cara umumnya dalam agama Hindu, meskipun bisa sedikit berbeda tergantung pada budaya lokal atau adat istiadat:

1. Persiapan Ritual

  • Keluarga menyiapkan perlengkapan ritual seperti kembang, dupa, air suci, dan beberapa persembahan (misalnya bunga, kemenyan, dan beras).
  • Ari-ari ditempatkan dalam wadah khusus, biasanya berupa kendi tanah liat atau tempurung kelapa.

2. Pemilihan Lokasi Penanaman

  • Ari-ari biasanya ditanam di sekitar rumah, terutama di area yang aman dan tenang. Lokasinya sering dipilih dengan mempertimbangkan arah dan energi positif menurut ajaran vastu atau tradisi setempat.
  • Di beberapa daerah, lokasi diatur dengan memerhatikan posisi bayi dalam keluarga dan simbolik seperti arah matahari terbit.

3. Upacara Penyucian

  • Sebelum menanam, ari-ari disucikan dengan air suci (tirtha) atau air kelapa, lalu diberi bunga, kunyit, dan sesaji lainnya.
  • Terkadang, ari-ari juga dioleskan dengan minyak kelapa atau minyak wangi untuk menghormati hubungan bayi dengan alam.

4. Doa dan Persembahan

  • Setelah ari-ari disiapkan, pemimpin ritual (biasanya orang tua, sesepuh, atau pendeta) mengucapkan doa-doa khusus untuk memohon berkah, perlindungan, dan kesejahteraan bagi bayi.
  • Dupa dinyalakan, dan persembahan seperti bunga, buah, dan beras ditempatkan di sekitar lokasi penanaman.

5. Penanaman

  • Ari-ari kemudian dikubur di dalam tanah dengan hati-hati, biasanya disertai dengan tanah, batu, atau benda lain sebagai simbol kekuatan dan kestabilan.
  • Setelah menanam, ditaburkan bunga dan beras di atasnya sebagai simbol kesejahteraan.

6. Penutupan dan Berkah

  • Setelah upacara selesai, keluarga memberikan doa penutup dan berterima kasih kepada Dewa atau leluhur yang telah melindungi bayi.
  • Beberapa keluarga juga memasang tanda seperti batu atau tanaman kecil di atas lokasi tersebut sebagai simbol perlindungan dan penghormatan.

Makna Filosofis

Dalam Hindu, ari-ari dianggap sebagai "saudara kembar" atau sahabat bayi yang melindungi dan mendampingi kehidupannya sejak dalam kandungan. Menanam ari-ari berarti mengembalikan bagian tubuh yang suci ini kepada Ibu Pertiwi dengan rasa syukur. Upacara ini juga melambangkan hubungan bayi dengan alam dan leluhur, dan merupakan permohonan agar ia tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan diberkati.

Setiap daerah atau komunitas Hindu mungkin memiliki variasi tata cara yang berbeda, tergantung pada adat istiadat lokal.

 


Ratu Gede Mecaling Dalem Nusa Penida

On 10:48 AM with No comments

Berita Hindu Indonesia - Nusa Penida sebenarnya berasal dari kata, nusa yang artinya pulau, sedangkan kata penida berasal dari kata Pandita, atau pendeta atau brahmana utama. Sebenarnya pandita yang dimaksud adalah Hyang Pasupati atau Bhatara Siwa sebagai raja pandita seluruh jagat.


Bhatara Siwa diyakini turun menuju wilayah tersebut pada tahun saka 50, dan berstana di Gunung Mundhi, disertai permaisuri beliau Dewi Uma. Beliau kemudian menjelma menjadi manusia sakti tanpa tanding, tahu akan segala macam ilmu sastra dan mahir dalam segala macam kepintaran. Singkat katanya beliau menjadi seorang pendeta besar bernama Dukuh Jumpungan. Inilah awal dimana pulau pendeta atau Nusa Pandita yang lama kelamaan menjadi Nusa Penida.

Sedangkan istri dari Dukuh Jumpungan yang merupakan penjelmaan Dewi Uma bernama Ida Bhatari Ni Puri. Pada tahun saka 90, Bhatari Ni Puri melahirkan putra perkasa bernama I Merja. Setelah dewasa, I Merja sama saktinya dengan ibu dan ayahnya. Sama-sama memiliki kedigjayaan yang begitu besar dan gemar akan tapa. Ketika dewasa I Merja menikah dengan seorang gadis dari Loka bernama Ni Luna yang turun ke dunia pada tahun saka 97.

Ni Luna juga senang akan tapa brata. Tempat dimana beliau melakukan yoga kini disebut sebagai Pura Batu Banglas. Dari pernikahan mereka, maka lahirlah seorang putra yang sakti bernama I Renggan. Beliau lahir pada tahun saka 150 dan beliau menikah dengan Ni Merahim yang lahir pada tahun saka 160.

I Renggan yang amat sakti gemar akan tapa memiliki perahu anugrah dari Dukuh Jumpungan. Dengan perahu itulah I Renggan menabrak pulau Nusa hingga terbelah menjadi dua bagian. Yang besar bernama Nusa Gede dan yang kecil bernama Nusa Cenik. Nah sekarang beliau ingin menguji perahu (p.9) dan saktinya kepada rakyat Bali, maka berlayarlah I Renggan Padangbai dan di sana beliau banyak membuat ketakutan rakyat Bali.

Anak buah I Renggan banyak menteror masyarakat di sana dan membawa wabah berupa hama dan banyak menyerang tanaman. Hingga berlarilah masyarakat Bali menuju tempat junjungan mereka, yakni Gunung Agung. Ida Bhatara Hyang Tohlangkir tak berkenan dengan kejadian ini. Kemudian beliau melumpuhkan penyakit yang dibawa oleh I Renggan.

I Renggan yang menikah dengan Ni Merahim memiliki dua orang anak, yang putra bernama I Gede Mecaling dan perempuan bernama Ni Tole, lahir pada tahun saka 180. I Gede Mecaling menikah Sang Ayu Mas Rajeg Bhumi.

Pada tahun 250 saka, Gede Mecaling melakukan tapa di Peed dan pengastawan Ida ditujukan kepada Bhatara Siwa.

Karena saking keras tapa dan brata yang dilakukan oleh Gede Mecaling, maka Bhatara Siwa berkenan memberikan anugerah berupa kesaktian Kanda Sanga. Seketika itu juga Gede Mecaling berubah wujud menjadi sangat menyeramkan. Taringnya panjang dan badannya besar sekali. Suaranya menggetarkan jagat raya, dan oleh sebab itulah kemudian Ida Bhatara Indra turun dari Loka untuk mengatasi ketakutan yang dibuat oleh GedeMecaling.

Bhatara Indra memotong taring dari Gede Mecaling dan membuat jagat tentram kembali. Setelah itu berhasil dilakukan, kemudian I Gede Mecaling kembali melakukan tapa hebat memuja Bhatara Rudra. Dengan ketekunan yang dimiliki oleh Gede Mecaling, maka Ida Bhatara Rudra menjadi asih dan memberikan anugerah kepada I Gede Mecaling berupa lima macam sakti yakni: Taksu kesaktian, taksu pengeger, taksu balian, taksu penolak grubug dan taksu pengadakan mrana.

I Gede Mecaling memimpin semua wong samar dan bebutan-bebutan yang ada di bumi. I Gede Mecaling juga memberikan wewenang sebagai penguasa samudra. Karena menguasai samudra sering juga disebut Ratu Gede Samudra. Gelar dari I Gede Mecaling yang deiberikan oleh Ida Betari Durga Dewi yaitu Papak Poleng dan permaisurinya Sang Ayu Mas Rajeg Bumi diberi gelar Papak Selem. I Gede Ratu Mecaling moksa di Ped dan istrinya moksa di Bias Muntig. Keduanya sekarang sebagai penguasa bumi Nusa Penida dan dapat wewenang sebagai penguasa kematian. Maka bagi umat yang ingin umurnya panjang, sehat, selamat dan lain-lain memohonlah kepada beliau I Gede Mecaling yang akhirnya bergelar Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling. Akan tetapi karena sering ke Bali dan bertemu dengan Ida Bhatari Ratu Niang Sakti, akhirnya Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped juda menjadi Pengabih Ida Bhatari Ratu Niang Sakti

Dalem Sawang menyampaikan pastu yang berbunyi: "Barang siapa yang ingin menyusung Durga Dewi pengastawanya ke dalem Nusa sepatutnya menggunakan kayu perahu sebagai prelingga sarwa mecaling, karena kayu perahu berasal dari pengendrana Ida Bhatara Siwa (Dukuh Jumpungan), maka sidi, sakti, perkasalah dia".

. Ratu Gede Mecaling distanakan dalam Pura Ratu Gede dan diberi nama suci Ida Bhatara Ratu Hyang Agung Ratu Gede Mecaling. Seluruh sakti yang berupa lima macam taksu tadi adalah hal-hal yang menjadi gegambelan Ida Bhatara. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak tapakan, balian, jero dalang, topeng, dan penekun kewisesan melakukan tirakat untuk menyenangkan hati Ratu Gede Mecaling agar menerima berkat yang mereka inginkan.

Tidak ada satupun balian yang kalah, tidak ada satu penekun ilmu kewisesan yang kasor jika sudah mendapatkan anugerah dari Ida Bhatara Gede Mecaling. Semuanya akan siddhimandhi, siddhimantra dan siddhi ngucap. Pelinggih beliau adalah ada di Pura Ratu Gede dengan ciri yang berbeda dari pura-pura lain yang terdapat di wilayah Peed. Seluruh busana pura atau wastra pura berwarna poleng. Dari candi bentar, apit lawang, hingga pelinggih utama, semuanya poleng. Itulah cirinya Pura Ratu Gede Mecaling.

Menurut mitologi, hujan di wilayah Klungkung dan sekitarnya adalah ada di bawah penguasaan Ratu Gede Mecaling. Jadi kepada tukang terang dan pawang hujan, jika ingin sukses berkecimpung pada profsesinya, maka jangan abaikan pemujaan kepada Ratu Gede Mecaling Dalem Nusa.

Sumber : Gues Wick Bagus
Upacara Adat Suku Tengger Probolinggo Jawa Timur

On 8:08 AM with No comments


Upacara Suku Tengger

Berita Hindu Indonesia - 
Bak Pengawal yang Setia, Suku Tengger yang tinggal di Kawasan Bromo-Tengger memiliki peranan penting dalam menjaga keluhuran adat dan kesucian kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Suku Tengger merupakan sebutan bagi Suku Asli yang mendiami Tengger (dikenal sebagai tanah hila-hila / suci) sejak zaman kerajaan Majapahit, para penghuninya dianggap sebagai abdi di bidang keagamaan.

Mereka hidup sederhana dengan mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan, dan memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. Yang membedakan mereka, dengan suku Jawapada umumnya, misalkan bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa Jawa Kuno. Sampai saat ini mayoritas Suku Tenggermasih menganut agama Hindu Jawa. Adat istiadat dan budaya para leluhur suku Tenggersangat dipegang teguh hingga kini. Hal ini Tercermin dari masih lestarinya berbagai macam upacara/ritus keagamaan asli dariHindu Tengger.

Upacara adat suku Tengger terdiri dari
(1).Upacara adat yang berhubungan dengankehidupan bermasyarakat suku Tengger, seperti : Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan,
(2). Upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti:kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara),kematian (entas-entas dll).
(3) Upacara adat yang berhubungan dengansiklus pertanian, mendirikan rumah, dangejala alam seperti leliwet dan barikan. Upacara Yadnya Kasada merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan pada malam ke-14 Bulan Kasada. Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasansendratari Rara Anteng – Jaka Seger di panggung terbuka Pendopo Agung Desa Ngadisari.

Sumber :
#slokaweda #hindu #hindunusantara #hindubali #sloka #weda #infobali

@hindu_dharma @bimashindulpg @ukmhinduunila @unhidenpasar @puskorhindunesia @ppkmhdi @pckmhdipalu @pckmhdidenpasar @kmhdijatim @kmhdundip @kmh.telkomuniversity @kmhdunram @kmhdipalembang @kmhipo @kmhdisumsel @kmh_itb @kmhdi.jabar @kmhdiyogyakarta @kmhdipb @kmhb_unj @kmhbstan @kmhdfkugm @kmhd.sampoernauniversity @kmhdisurabaya @pc_kmhdibanjarmasin @kmhdi_bandarlampung @kmhd.isiyk @pc.kmhdi.karangasem @dpnperadahindonesia @peradah_kepri @peradah_sulsel @madewirayasa
PURA MANDALA GIRI SEMERU KABUPATEN LUMAJANG

On 4:03 PM with No comments

Pura Lumajang

Berita Hindu Indonesia - Komunitas agama Hindu ini memiliki tempat ibadah yang bernama Pura Mandara Giri Semeru, yang juga dijadikan sebagai objek wisata religi di Kabupaten Lumajang. Selain masyarakat Hindu di Senduro, pura ini juga sering dikunjungi masyarakat Hindu dari luar daerah Jawa Timur, termasuk dari Bali, terlebih pada saat hari-hari besar keagamaan atau juga pada saat upacara Piodalan (ulang tahun pura) yang diadakan tiap tahun sekitar bulan Juli. Pada upacara ini akan tampak masyarakat Hindu dari berbagai daerah yang memenuhi kawasan pura untuk berdoa dan menampilkan berbagai macam kesenian, termasuk kesenian Bali.

Terletak di sebelah timur kaki Gunung Semeru, di balik berdirinya pura ini ternyata terdapat sebuah cerita yang menarik. Awal pendirian Pura Mandara Giri Semeru di Kecamatan Senduro berkaitan dengan upacara Nuur Tirta, yaitu upacara memohon atau pengambilan air suci ke Patirtaan Watu Kelosot di kaki Gunung Semeru oleh umat Hindu dari Bali. Upacara Nuur Tirta ini merupakan bagian dari proses upacara Agung Karya Ekadasa Rudra di Pura Agung Besakih, yaitu pura yang berlokasi di kaki Gunung Agung di Bali. Pada upacara ini air suci harus dibawa oleh umat Hindu dari kaki Gunung Semeru hingga ke Pura Agung Besakih. Upacara ini awalnya dilakukan pada bulan Maret tahun 1963, yang kemudian dilaksanakan lagi pada tahun 1979. 

Dengan adanya upacara yang diadakan secara berkala tersebut, yang melibatkan umat Hindu baik dari Bali maupun umat Hindu asli sekitar kawasan Gunung Semeru, maka diputuskan untuk mendirikan tempat suci di kawasan yang dalam sejarah dinyatakan sebagai kawasan suci semasa Jawa Kuno ini. Meski awalnya permohonan pendirian pura sempat ditolak Pemerintah karena lokasinya berada di sekitar permukiman masyarakat non-Hindu, namun pada akhirnya terbukti bahwa tampak jelas adanya kerukunan antar umat beragama di daerah sekitar pura ini.

Sumber :
#slokaweda #hindu #hindunusantara #hindubali #sloka #weda #infobali
@jokowi @hindu_dharma @bimashindulpg @ukmhinduunila @unhidenpasar @puskorhindunesia @ppkmhdi @pckmhdipalu @pckmhdidenpasar @kmhdijatim @kmhdundip @kmh.telkomuniversity @kmhdunram @kmhdipalembang @kmhipo @kmhdisumsel @kmh_itb @kmhdi.jabar @kmhdiyogyakarta @kmhd
Kementerian Agama Akan Menggelar Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional VI Tahun 2017 di Lampung

On 9:36 AM with No comments



Berita Hindu Indonesia. Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional VI Tahun 2017 menurut rencana akan diselenggarakan tanggal 4 s/d 8 September 2017 di Provinsi Lampung. Bertindak sebagai tuan rumah adalah Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung. Ajang kompetisi 3 tahunan antar Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu (PTKH) yang difasilitasi Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia tersebut menurut rencana akan dibuka oleh Sekjen Kementerian Agama RI mewakili Menteri Agama karena saat acara diselenggarakan sedang melaksanakan tugas sebagai Amirul Haj di Arab Saudi.

Pada gelaran Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional Tahun 2017 kali ini, tema yang diambil adalah 

“Melalui Temu Karya Ilmiah Kita Kembangkan Budaya Akademik yang Kreatif, Terampil dan Berdaya Saing Guna Memperkokoh Atmosfir Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu”.

Lomba diikuti 550 peserta dosen dan mahasiswa dari 11 Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Negeri dan Swasta se Indonesia yang akan mempertandingkan 14 jenis lomba dan terbagi dalam dua kategori lomba karya ilmiah dan lomba keterampilan akademik antara lain: Lomba Presentasi Penulisan Proposal Penelitian, Lomba Presentasi Hasil Penelitian, Lomba Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, Lomba Resensi Buku, Lomba Rancangan Penulisan Buku, Lomba Yoga Asanas, Dharmawacana Bahasa Indonesia, Cipta Tari Kreasi Keagamaan Hindu, Cipta Lagu Keagamaan Hindu, Apresiasi Sloka, Apresiasi Palawakya, Lomba Mengajar (Micro Teaching), Cipta Sastra Yantra dan yang terakhir adalah Lomba Dharmawacana Bahasa Inggris. Selain berbagai jenis lomba diatas juga akan diselenggarakan Parade atau pawai, Sarasehan, Pameran, Tirta Yatra, Launching / Bedah Buku, Olah Raga, dan eksibisi seni.

Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Ida Bagus Gde Subawa dalam keterangan persnya mengatakan bahwa kegiatan Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu merupakan agenda 3 tahunan Ditjen Bimas Hindu yang diharapkan bisa meningkatkan kerja sama, kualitas Tri Dharma, serta kualitas suasana akademis, antar Perguruan Tinggi Hindu se Indonesia. 

“ Dengan demikian akan terjadi peningkatan kualitas mutu perguruan tinggi terutama kualitas penelitian dan kualitas akademis lainnya pada civitas akademika Perguruan Tinggi Agama Hindu dan saya berharap peserta bisa menampilkan karya terbaiknya” jelas IBG. Subawa. 

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana I Made Santika menyampaikan bahwa Ditjen Bimas Hindu selaku pembina fungsional akademik sudah siap untuk menggelar Temu Karya Ilmiah PTKH pada bulan September 2017 besok. Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional ke 6 ini menurut Santika dilaksanakan dalam rangka meningkatkan standar mutu pembelajaran ilmiah guna pengembangan disiplin ilmu agama dan keagamaan. Dalam penyelenggaraan Temu Karya Ilmiah melibatkan mahasiswa serta dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu untuk ikut ambil bagian dan meyusun karya ilmiah. Dengan demikian diharapkan di masing – masing perguruan tinggi Hindu nantinya akan tumbuh suasana berkembang akademis yang religius dan dapat berdaya saing dengan perguruan tinggi lainnya.

Lebih lanjut Made Santika mengatakan bahwa 11 Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu suadah siap mengirimkan kontingennya masing-masing. Kesebelas PTKH tersebut yaitu Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja Mataram, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang Palangka Raya, STAH Dharma Nusantara Jakarta, STAH Santika Dharma Malang, STAH Dharma Sentana Palu, Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten, STAH Lampung, STKIP Agama Hindu Singaraja, STKIP Agama Hindu Amlapura Karangasem dan Universitas Hindu (UNHI) Denpasar. 

“Semoga kehadiran kontingen dari berbagai wilayah di Indonesia pada acara Temu Karya Ilmiah di Provinsi Lampung ini bisa memberikan kontribusi positif bagi kesemarakan dan kerukunan kehidupan beragama yang sudah berjalan baik selama ini di SANG BUMI RUWA JURAI ” Lampung“ kata Made Santika.
Dusun Kalipura, Desa Kulirejo Kab. Kendal Jadi Lokasi KKN 2017 STAH Dharma Nusantara Jakarta

On 11:24 AM with No comments

Berita Hindu Indonesia - Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta (STAH DN Jakarta), akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Dusun Kalipura, Desa Kulirejo, Kecamatan Singorejo. Kab. Kendal, Jawa Tengah.


Demikian hal tersebut diungkapkan salah satu mahasiswi STAH DN Jakarta, Supriadi kepada Berita Hindu, tadi pagi
"Dusun Kalipura, Desa Kulirejo" Kata Supriadi di Jakarta, Jumat, (27/04/2017).

KKN tersebut akan berlangsung dalam waktu yang singkat yakni dari 20-26 April 2017. "Dari tanggal 20 sampai 26 April 2017" lanjutnya.

Sementara itu mengenai kegiatan apa saja yang akan dilaksanakan, informan kami tidak mengungkapkan detailnya. Tetapi setidaknya ada beberapa hal yang telah disiapkan.
"Ratusan buku yang dibawah, ada dupa sebagai sample. kemudian kalau kegiatannya ada pasraman kilat dan parahyangan" lanjutnya.

Selain buku, STAH DN Jakarta juga akan menyerahkan sejumlah ternak kambing ke umat Hindu di Dusun Kalipura, Desa Kulirejo.
Untuk diketahui, ini bukan kali pertama STAH Jakarta berani keluar daerah melaksanakan KKN. Pada tahun sebelumnya 2015 KKN STAH Jakarta dilaksanakan di Desa Medowo, Kabupaten Kediri Jawa Timur dan Pada tahun 2016 KKN STAH Jakarta dilaksanakan di Desa Larangan Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian tahun ini masih dilaksanakan di wilayah Jawa Tengah yg bertepatan di Dusun Kalipura, Desa Kulirejo, Singorejo. Kab Kendal.
Semua kegiatan tersebut dilakoni untuk mendukung pengembangan umat Hindu di daerah, baik dari segi ekonomi, pendidikan maupun bidang kesehatan.


Sumber : Stah Dharma Nusantara Jakarta 
               




Ridwan Kamil Akan Bangun Pura di Bandung

On 6:57 PM with No comments

Berita Hindu Indonesia. Walikota Bandung, Ridwan Kamil berkeinginan untuk menambah jumlah Pura di wilayah Bandung. Hal tersebut disampaikan ketika menerima audiensi Parisada Hindu Dharma Indonesia, Kota Bandung. Dalam cuitannya di Twitter @ridwankamil menyampaikan bahwa Pemkot Bandung berencana menambah bangunan Pura di Bandung. Selain itu juga komitmennya memberikan bantuan dana rutin serta keinginannya adanya kolaborasi antara Bali dan Sunda.

Ridwan Kamil Akan Bangun Pura di Bandung


Berita ini tentunya menjadi sebuah angin segar bagi umat Hindu dai wilayah Bandung Raya serta umat Hindu di seluruh Indonesia. Perlu diketahui bahwa umat Hindu di berbagai wilayah di luar Bali seringkali mendapatkan hambatan dalam mendirikan tempat ibadah Pura. Hambatan yang muncul bisa dari masyarakat setempat yang non Hindu ataupun pemerintah wilayah setempat. Ridwan Kamil telah memberi contoh nyata sebagai seorang pemimpin yang bisa berdiri di atas semua golongan dan agama. 

Ridwan Kamil Akan Bangun Pura di Bandung


Cuitan Ridwan Kamil yang ingin berkolaborasi antara budaya Sunda dan Bali tentunya harus dimaknai dan disikapi pula oleh komponen Hindu di Bandung. Bentuk konkretnya adalah jangan sampai bangunan Pura yang akan dibangun tersebut tidak mencerminkan adanya kolaborasi yang diinginkan sang Walikota. Sudah semestinya dimanapun Pura dibangun harus mengakomodir budaya lokal yang tentunya tanpa melanggar rambu - rambu agama dalam tata letak pendirian Pura. Hal tersebut tentunya harus didesain secara matang oleh panitia pembangunan Pura yang nantinya akan dibentuk. Alangkah indahnya bila Pura Hindu di seluruh pelosok Indonesia bisa didesain dengan bentuk dan desain bangunan budaya setempat.

Ridwan Kamil Akan Bangun Pura di Bandung


Lebih lanjut dalam cuitannya Ridwan kamil juga menyampaikan pengalaman indahnya ketika dia mendirikan masjid di wilayah Tuban, Kuta Bali. Dalam pendirian tersebut dirinya tidak mendapat hambatan sedikit pun dari masyarakat Bali. pembangunan bisa berjalan lancar dan aman. Melalui cuitannya Ridwan kamil menyampaikan ucapan terima kasihnya dalam bahasa Bali kepada masyarakat Bali.

Sebagai umat minoritas di berbagai wilayah di seluruh Indonesia, umat Hindu tentunya sangat berharap perhatian Pemprov/Pemkot/Pemkab di seluruh Indonesia dalam memberikan pelayanan yang adil dan proporsional. Hal tersebut tentunya hanya bisa terwujud bila adanya jalinan  komunikasi dan hubungan yang baik antara PHDI dengan Gubernur, Walikota/Bupati di wilayahnya. Rajin - rajinlah berkomunikasi dengan pimpinan daerah setempat dengan baik dan efektif. Sampaikan problematika dalam hal pelayanan pemerintah yang dihadapi umat Hindu di wilayah tersebut dan sambil berharap semoga virus Ridwan Kamil ini bisa menyebar merata ke seluruh pimpinan wilayah se-Indonesia. 

Hatur Nuhun Pisan Kang....