Berita Hindu Indonesia - Prinsip - prinsip yang mendasari sistim golongan atau warna dharma merupakan pembagian kerja. Para Rsi mempelajari sifat - sifat manusia secara cermat dan mereka sampai pada kesimpulan bahwa semua orang tidak sama kemampuannya untuk segala jenis pekerjaan. Oleh karena itu mereka berpendapat perlunya untuk menentukan jenis tugas yang berbeda untuk golongan orang yang berbeda. Para Brahmana ditugaskan menangani masalah spiritual dan intelektual. Pekerjaan administrasi politik dan pertahanan diberikan kepada para ksatriya. Waisya dipercayakan dengan tugas menyediakan makanan bagi bangsa dan mengatur kesejahteraan ekonomi mereka. Para sudra melakukan pekerjaan sebagaimana rakyat biasa. Para rsi merasakan semuanya semuanya perlu bagi masyarakat Hindudan memulai sistim warna dan asrama.
Pembagian kerja ini dimulai pada zaman Veda yang mengajarkan bahwa para Brahmana merupakan otak masyarakat, Ksatriya sebagai lengannya, para Waisya sebagai perutnya dan Sudra adalah kakinya. Ada suatu perselisihan antara indriya, pikiran dan prana. Siapa yang lebih unggul di antara mereka. Ada pula perselisihan antara organ - organ yang berbeda dengan perut. Bila tangan berselisih dengan perut, keseluruhan badan akan menderita. Bila prana pergi dari badan, semua organ akan menderita. Kepala dan perut tak dapat menuntut keunggulannya atas kaki dan tangan. Tangan dan kaki sama pentingnya seperti perut atau kepala. Bila terjadi perselisihan antara golongan yang berbeda, tentang keunggulannya masing - masing, maka keseluruhan struktur sosial akan menderita. Hal - hal demikian ini akan menjadi tidak selaras, terpecah dan berselisih. Para pemulung dan tukang cukur sama pentingnya dengan seorang menteri bagi kelangsungan jalannya masyarakat. Struktur sosial dibangun pada hukum - hukum ekonomi spiritual. Tak ada yang berlaku lebih unggul atau lebih rendah. Setiap golongan menyumbangkan karya yang terbaik pada kesejahteraan umum atau solidaritas dunia. Disini yang terpenting adalah tak ada masalah lebih tinggi atau lebih rendah.orang.
Seorang Brahmana bukanlah Brahmana bila tidak dikaruniai dengan watak yang murni dan baik serta bila ia menjalani kehidupan yang tak bermoral dan pemboros. Seorang Sudra adalah Brahmana bila ia menjalani kehidupan baik dan mulia. Golongan merupakan masalah watak. Warna bukanlah tentang warna kulit, tetapi warna dari karakter atau sifat seseorang, yang diperhitungkan adalah perilaku atau karakternya dan bukan silsilah keturunannya sendiri. Bila seseorang kelahiran Brahmana dan pada saat yang sama bila ia memiliki kebajikan seorang Brahmana, hal itu benar - benar sangat baik, karena kualifikasi kebajikan tertentu hanya memantulkan kelahiran seorang Brahmana.
Sebenarnya tak ada yang salah pada sistem warnasrama. Kecongkakan dan keangkuhan manusialah yang mendatangkan petaka. Manusia atau jiwa kecil tidaklah sempurna. Ia penuh dengan cacat dan hanya menunggu kesempatan untuk mengatasi orang lain. Kaum Brahmana berpikir bahwa ketiga golongan yang lain lebih rendah dari padanya. Disisi lain ada kaum Sudra yang kaya raya berpikir bahwa ia lebih unggul daripada seorang Brahmana atau Ksatriya yang mikin, ataupun Waisya yang hidup susah. Pandangan seperti itulah yang sama sekali tidak bisa dibenarkan dan menyalahi hukum ekonomi spiritual.
(Disarikan dari berbagai sumber)