Berita Hindu Indonesia - Tak dipungkiri lagi bahwa masih banyak penganut Hindu di Indonesia yang belum paham ataupun mengetahui penyebutan nama dari hari dan bulan dalam sistem kalender Hindu yang digunakan sebagai dasar perhitungan waktu. Hal tersebut dimungkinkan karena dalam wariga banyak digunakan istilah – istilah dari bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. Ini tentu sangat menyedihkan. Apalagi bagi penganut Hindu, yang ada dan atau lahir di luar Pulau Bali. Kondisi ini mau tidak mau harus diterima sebagai sebuah kenyataan karena di daerah kantong-kantong Hindu di luar Bali hingga saat ini belum memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, terutama yang mencakup pendidikan agama dan keagamaan Hindu. Menyikapi kondisi faktual tersebut, Pemerintah melalui Ditjen Bimas Hindu dari tahun ke tahun senantiasa berupaya meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan Hindu. Namun dengan keterbatasan anggaran yang ada tentu saja program – program tersebut belum bisa menyentuh dan dinikmati umat Hindu di seluruh Indonesia. Oleh karenanya peran aktif lembaga agama dan keagamaan dan Perti Hindu sangat didambakan. Wariga yang merupakan bagian dari jyotisha adalah ilmu tentang perbintangan yang dikelompokan dalam wedangga sebagai bagian dari batang tubuh Weda yang isinya disebutkan memuat pokok-pokok ajaran astronomi yang diperlukan sebagai pedoman dalam melakukan upacara yadnya agar tujuan yajna dapat tercapai dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Pengetahuan tentang wariga ini sebenarnya sangat penting bagi masyarakat Hindu. Para petani bisa mempelajari wariga ini untuk mencari masa bercocok tanam. Para pedagang bisa mempelajarinya untuk mencari hari baik (ala ayuning dewasa) mulai berdagang, membuat alat perdagangan dan berbagai bentuk keberuntungan. Hanya saja seiring dengan perkembangan zaman banyak masyarakat kita yang sudah tidak memperhatikan lagi Wariga. Hanya pada upacara – upacara tertentu mereka mencari hari baik. Itu pun tidak dicarinya sendiri karena tidak dipahaminya ilmu tentang Wariga. Saya kira inilah tantangan kedepan bagi pemerhati masalah Wariga. Bagaimana memberikan pemahaman masyarakat bahwa Wariga ataupun astronomi ini adalah sebuah ilmu dan bukanlah klenik. Tetapi sebuah ilmu yang kajian dan implementasinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat banyak. Apabila masyarakat sudah bisa merasakan manfaat dari Wariga, maka PR selanjutnya adalah perlunya dicari metode atau cara agar Wariga ini mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat awam. Saya kira ini penting agar ilmu Wariga ini tak lekang oleh waktu.