Berita Hindu Indonesia - Ungkapan bernada nasihat ini sangat populer dalam kehidupan masyarakat Jawa, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, kedinasan dan lain - lain. Untaian kata itu terbentuk dari kata emban (menggendong), cindhe (kain halus), dan siladan (sisa rautan bambu ). Siladan bersifat sangat tajam sehingga jika tidak hati - hati dapat menyayat kulit, menggores tangan yang memegangnya. Rasa sakit yang ditorehkan sungguh luar biasa melebihi sayatan pisau.
Secara harafiah ungkapan itu mengandung arti "menggendong (biasanya anak) dengan kain cindhe (kain halus) dan menggendong dengan siladan (sisa rautan bambu). Jelas sekali bahwa anak yang diemban dengan cindhe akan merasa nikmat, dapat merasakan enaknya tidur, indahnya kasih sayang. Sedangkan yang digendong dengan siladan akan merasa sakit sekujur tubuhnya.
Menggendong dengan kain cindhe mengiaskan sikap orang dalam memperlakukan orang lain (anak, saudara, bawahan, tetangga, karyawan dan siapa pun juga) dengan cara yang baik serta membahagiakan pihak yang diembannya. Sebaliknya menggendong dengan siladan melambangkan keadaan yang sebaliknya, yakni perlakuan yang tidak baik / tidak semestinya terhadap orang lain, anak, tetangga dan lainnya. Dengan demikian ungkapan tersebut dimaksudkan untuk menyatakan orang yang pilih kasih atau orang yang tidak bertindak adil dalam memperlakukan orang lain. Sikap tidak adil itu dinilai sebagai sikap yang negatif dan tidak dapat dibenarkan karena menimbulkan disharmoni dalam tata pergaulan bermasyarakat.
Untuk menciptakan keadaan hubungan yang harmonis tiap orang dituntut untuk menghindari sikap emban cindhe, emban siladan kepada siapapun juga. Khususnya orang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan, perlu sekali ia diingatkan agar jangan emban cindhe, emban siladan (jangan pilih kasih) dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Pepatah tersebut sangat efektif untuk mengingatkan para pemimpin agar kembali ke rel keadilan dalam menjalankan kewajiban sesuai amanat yang dipercayakan kepadanya. Seseorang seharusnya menjadi gelisah, malu dan merasa bersalah jika diberi julukan sebagai orang yang emban cindhe, emban siladan (pilih kasih, berat sebelah, atau tidak adil)