Semua orang juga mengetahui bahwa di dalam laut juga hidup beribu - ribu binatang air. Ada ikan yang kecil dan cantik, serta tidak sedikit pula yang menyeramkan dan menjijikkan. Semuanya ditampung oleh lautan. Lautan juga setiap saat rela memberi kekayaannya kepada nelayan. Ia tidak pernah mengeluh dalam menyedekahkan kekayaannya kepada nelayan, tanpa mengharap imbalan apapun. Kebaikan lautan kepada manusia itu ibarat kebaikan sang surya menyinari dunia atau ibarat kasih sayang ibu kepada anaknya yang tiada henti. Lautan hampir - hampir tidak pernah menggerutu ketika diinjak - injak ataupun diobok obok oleh kapal - kapal besar sepanjang hari. Itulah watak lautan, dengan ikhlas menampung semua kotoran dan binatang laut, rela memberikan hartanya demi para nelayan serta menyediakan tubuhnya untuk dilalui kapal - kapal besar.
Karena sifat seperti inilah masyarakat Jawa mengambil inti dari pribadi lautan atau segara. Orang yang mampu menampung pikiran banyak pihak dapatlah disebut sebagai orang yang memiliki hati yang lapang. Padahal kita ketauhi bahwa dalam tata pergaulan tidak sedikit persoalan atau perbedaan pendapat yang meruncing menjadi perseteruan, hinaan dan lain sebagainya. Akan tetapi ada orang yang mampu menerima semua noda, kesalahan, atau hinaan orang lain itu, baik dari keluarga atau masyaraakat di sekitarnya. Orang yang memiliki kelapangan hati itu disebut sebagai sosok yang pemaaf. Ia tidak mudah marah ketika dicelaa, ikhlas menghadapi cobaan, tidak sakit hati ketika dihina dan tidak merasa senang ketika disanjung. Seseorang yang memiliki sifat jembar segarane pastilah disegani banyak orang. Ia tidak mudah terpancing oleh hinaan seperti lautan yang selalu mau menampung kotoran yang diangkut oleh beribu - ribu sungai.
Jika dalam era sekarang ini banyak orang utamanya pemimpin - pemimpin negara kita yang meneladani watak dari segara / lautan pastilah tidak akan terjadi perselisihan atau perseteruan yang merugikan diri kita atau negara kita sendiri. So jadilah pribadi yang memiliki karakter lautan.