Berita Hindu Indonesia - Hari kamis tanggal 1 september 2016 kemarin umat hindu melaksanakan hari raya Tilem dan bertepatan hari Sugian Jawa. Sugihan
dikenal sebagai Upacara di Bali yang masih ada kaitannya dengan Hari Raya
Galungan dan Kuningan, ada dua Sugihan yaitu Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.
Ketika mendengar kata Sugihan Jawa dan Sugihan bali apa yang terlintas di benak
anda?
Foto saat mengaturkan sesajen |
Masyarakat
Hindu Bali sudah tidak asing dengan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, namun
sepertinya masih ada beberapa yang belum paham akan makna sebenarnya dari kedua
Sugihan tersebut.
Sugihan
Jawa atau sering juga dikenal dengan Sugihan Jaba adalah sebuah kegiatan
rangkaiang upacara dalam rangka menyucikan Bhuana Agung (makrokosmos) atau Alam
Semesta. Sugihan Jawa ini jatuh pada hari Kamis Wage Wuku Sungsang.
Baca : Filosofi Hari Raya Sugihan Bali
Baca : Filosofi Hari Raya Sugihan Bali
Kata
Sugihan Jawa berasal dari urat kata Sugi, yang artinya membersihkan, dan Jawa
berasal dari kata Jawi yang dalam Bahasa Jawa kuno memiliki arti luar, begitu
juga Jaba dalam Bahasa Bali yang memiliki arti sama yaitu luar.
Foto pelaksanan Sugihan Jawa |
Jadi
hari raya Sugihan Jawa bukanlah hari Sugihan bagi para pengungsi
leluhur-leluhur dari Jawa pasca bubarnya Majapahit, namun makna sebenarnya
adalah pembersihan Bhuana Agung (makrokosmos) atau Alam Semesta, baik sekala
maupun niskala.
Dalam
lontar Sundarigama dijelaskan bahwa Sugihan Jawa merupakan “Pasucian Dewa
Kalinggania Pamrastista Bhatara Kabeh” (Pesucian Dewa, Karena Itu Hari
Penyucian Semua Bhatara).
Baca : Sejarah Galungan dan Makna Penampah Galungan
Baca : Sejarah Galungan dan Makna Penampah Galungan
Pelaksanaan
upacara Sugihan Jawa yaitu dengan membersihkan alam lingkungan, baik itu Pura,
tempat tinggal, dan peralatan upacara di masing-masing tempat suci. Dan yang
terpenting adalah membersihkan fisik Pura dari debu dan kotoran, agar layak
dihuni oleh Sang Jiwa Suci sebagai Brahma Pura.
Sementara
Sugihan Bali jatuh pada hari Jumat Kliwon Wuku Sungsang, sehari setelah Sugihan
Jawa. Bali dalam Bahasa Sansekerta berarti kekuatan yang ada dalam diri. Jadi
Sugihan Bali memiliki makna yaitu menyucikan diri sendiri (Bhuana Alit).
Sesuai
dengan yang disebutkan didalam lontar Sundarigama: “Kalinggania Amrestista Raga
Tawulan” (Oleh Karenanya Menyucikan Badan Jasmani dan Rohani Masing-Masing),
yaitu dengan memohon tirta pembersihan atau penglukatan.
Badan
fisik (Sthula Sarira) dan Rohani (Suksma Sarira dan Antahkarana Sarira) yang
ada pada masing-masing individu manusia harus selalu disucikan, sebab fisik dan
rohani adalah modal awal yang harus diperkuat dalam menghadapi keadaan jaman
seperti saat ini.
Hal
tersebut juga berkaitan erat dengan kesiapan kita dalam menjelang Hari Raya
Suci yaitu Hari Raya Galungan dan Kuningan. Awali dengan pasucian Bhuana Agung
pada Hari Raya Sugihan Jawa dan dilanjutkan dengan pasucian Bhuana Alit pada
Hari Raya Sugihan Bali.