Berita Hindu Indonesia - Tradisi mengembangkan sistem berfikir, bersikap, dan berperilaku dalam
simbol pola kesatuan tiga, walaupun implementasinya sering dimodifikasikan
menjadi pola kesatuan lima dan pola kesatuan dua untuk mencapai Yang Satu,
Hyang Tunggal. Bermula dari sistem keyakinan bahwa Bhatara Siwa dipuja dalam
tiga manifestasi-nya melalui kayangan tiga sebagai sthana Bhatara Brahma,
Bhatara Wisnu, Bhatara Iswara/Rudra (Bhuana Kosa, 1994) manifestasinya Bhatara
Siwa seperti ini sesuai dengan kodrat segala sesuatu yang bereksistensi melalui
proses penciptaan, pemeliharaan, peleburan – lahir, hidup, dan mati. Sistem keyakinan
ini selanjutnya, menata sistem dan struktur kehidupan yang lebih luas, baik dalam
beragama maupun sosial-budaya. Konsep Tri Hita Karana sebagai sumber inspirasi
dalam menata tradisi Bali dan hampir, melingkupi seluruh dimensi kehidupan.
Foto meme lan bape |
Dalam kehidupan beragama misalnya Tattwa, susila, dan Upacara agama Hindu
dimaknai dan sekaligus diaplikasikan dalam aneka wujud Upacara Yadnya. Yadnya
yang pada pokoknyaterdiri atas lima jenis (dewa, pitra, bhuta, rsi, dan
manusia) itu memerlukan kesatuan ruang, waktu, dan tindakan dalam sistem
keyakinan yang ketat. Sistem keyakinan itu disebut panca sradha, antara lain
percaya akan adanya brahman, atman, karmapala, purnabawa, dan moksa Yadnya yang
dijiwai sradha dan berbagai jenis upacara keagamaan lainnya lebih lanjut,
merupakan penampakan yang kasat mata bagi eksistensi agama Hindu di Bali. Yadnya
dan upacara keagamaan tersebut dalam pelaksanannya tidak dapat meniadakan
peranan pura dan sanggah karena keduanya merupakan tempat suci penting dalam
melaksanakan upacara keagamaan.
Bersambung ..........