Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.

Sejarah Galungan dan Makna Penampah Galungan

On 2:18 PM with No comments

Berita Hindu Indonesia - Kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang artinya "menang" atau "bertarung". Galungan juga sama artinya dengan Dungulan yang juga berarti "menang". Karena itu di Jawa wuku yang kesebelas disebut Wuku Galungan, sedangkan di Bali wuku yang kesebelas itu disebut Wuku Dungulan. Namanya berbeda, tapi artinya sama saja. Seperti halnya di Jawa dalam rincian pancawara ada sebutan Legi, sementara di Bali disebut Umanis, yang artinya sama yaitu manis. 

Galungan telah sejak ratusan tahun lamanya dirayakan di Pulau Bali. Ini bisa diketahui dari lontar berbahasa Jawa Kuno yang bernama Kidung Panji Amalat Rasmi dan Purana Bali Dwipa. Galungan pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat, Budha Kliwon Dungulan, tahun Saka 804 atau tahun 882 Masehi. Dalam lontar itu disebutkan : "Punang aci Galungan ika ngawit, Bu, Ka, Dungulan sasih kacatur, tanggal 15, isaka 804. Bangun indria Buwana ikang Bali rajya". Artinya : Perayaan (upacara) Hari Raya Galungan itu pertama-tama adalah pada hari Rabu Kliwon, Dungulan sasih kapat tanggal 15, tahun 804 Saka. Keadaan Pulau Bali bagaikan Indra Loka. 

Akan tetapi, mengenai bagaimana perayaan Galungan di Nusantara di luar Pulau Bali, mungkin karena pergolakan politik dan perubahan besar arah keagamaan di jaman dulu, sampai saat ini belum bisa didapatkan sumber-sumber referensinya. 

Perayaan hari raya Galungan, ada kemungkinannya mendapat inspirasi atau direkonstruksi dari perayaan upacara Wijaya Dasami di India. Ini bisa dilihat dari kata Wijaya yang bersinonim dengan kata Galungan dalam Jawa Kuna. Kedua kata itu artinya menang. Hari Raya Wijaya Dasami di India disebut pula Hari Raya Dasara. Inti perayaan Wijaya Dasami juga dilakukan sepuluh hari sama seperti Galungan dan Kuningan. Sebelum puncak perayaan, selama sembilan malam umat Hindu di sana melakukan upacara yang disebut Nawa Ratri [sembilan malam]. 

Upacara Nawa Ratri itu dilakukan dengan upacara persembahyangan yang sangat khusuk di rumah-rumah penduduk. Nawa Ratri lebih menekankan nilai-nilai spiritual sebagai dasar perjuangan, mengeliminasi adharma di dalam diri. Pada hari kesepuluh barulah dirayakan Wijaya Dasami atau Dasara. Wijaya Dasami lebih menekankan pada rasa kebersamaan, kemeriahan, dan kesemarakan untuk masyarakat luas. Perayaan Wijaya Dasami dilaksanakan dua kali setahun dengan perhitungan tahun surya. Perayaan dilakukan pada bulan Kartika [Oktober] dan bulan Waisaka [April]. Perayaan Dasara pada bulan waisaka atau April disebut pula Durgha Nawa Ratri.

Foto Persembahyangan Hari Raya Galungan
Mulai tanggal 6-7 September 2016 seluruh daerah di pulau Bali akan merayakan Galungan dan Kuningan. Seperti biasanya hampir seluru pulau Bali akan dihiasi berbagai macam dekorasi seperti pohon bambu yang dihiasi yang disebut "penjor". Tiang-tiang itu nantinya akan dihiasi buah-buahan, daun kelapa, dan bunga. Tiang bambu tersebut juga akan diletakkan atau ditanam di dekat pintu masuk rumah.

Foto Penjor Menghiasi Jalan
Hari raya Galungan ini biasanya diperingati setiap 210 hari menurut penanggalan Hindu Saka atau setiap enam bulan sekali dan selalu dirayakan pada hari Rabu. Galungan berkaitan erat dengan Hari Raya Kuningan, yaitu jaraknya hanya 10 hari dan dianggap sebagai penutup perayaan Galungan. Oleh karena itu, biasanya cara mengucapkan selamat untuk orang yang merayakannya adalah dengan kalimat "Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan" yang dalam bahasa Balinya "Rahajeng Nyangran Rahina Galungan lan Kuningan".

MAKNA PENAMPAHAN GALUNGAN 
Menurut sumber beberapa lontar, inti pokok perayaan hari Penampahan Galungan adalah melaksanakan byakala, yaitu upacara yang bertujuan untuk melepaskan kekuatan negatif [Butha Kala] dari diri manusia dan lingkungannya. Dalam lontar disebutkan, “Pangastawaning sang ngamong yoga samadhi”. Penampahan Galungan secara kebiasaan turun-temurun di Bali biasanya memotong Babi. Sebenarnya ini hanya simbolik saja. Makna sesungguhnya adalah memotong semua kekotoran bathin [sad ripu] dari pikiran kita.

Foto Saat Membuat adonan Lawar Babi
                                            

Galungan merupakan hari raya besar Hindu selain Nyepi. Kunjungan ke Bali selama perayaan Galungan dan Kuningan merupakan kesempatan terbaik untuk menyaksikan budaya Bali yang unik dan dipastikan akan menjadi pengalaman yang menarik.  Perut saya sepertinya telah bersiap menampung lawar dan tentunya sedikit Arak. Angkat sekali gelasmu kawan mari kita bersulang, tuangkan air kedamaian.


Sumber Artikel : Sita Haryawan, Oen Oya


Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Comments
0 Comments