Berita Hindu Indonesia - Mulai Minggu
(25/12/2016) lalu hingga Sabtu (31/12/2016) besok merupakan Wuku Wayang. Tetua
zaman dulu sering kali mengidentikkan Tumpek Wayang dengan sesuatu yang tenget.
Anak-anak
dilarang berkeliaran ke luar rumah sejak sehari sebelum Tumpek Wayang
(penyalukan atau kalapasa).
Selain
itu, mendengar Wuku Wayang, tidak bisa lepas dari pikiran tentang upacara sapuh
leger.
Dikutip
dari dharma wacana yang pernah disampaikan almarhum Ida Pedanda Gede Made
Gunung saat masih nyeneng (hidup), di dalam lontar Kalatattwa disebutkan, bagi
mereka yang lahir dalam lingkaran Wuku Wayang akan menjadi santapan (tetadahan)
Kala. Sehingga
bagi mereka yang lahir pada wuku itu akan melakukan upacara Penglukatan Sapuh
Leger.
Arti
dari kata Sapuh Leger, Sapuh artinya bersih.
Leger=ligir=habis.
Sehingga
sapuh leger itu berarti membersihkan semua mala sampai ligir (keterangan Jero
Mangku Ringgit).
Kutipan
dari lontar Sundarigama: Sukra Wage Wayang disebut Kalapasa; masesuwuk daun
pandan, berisi kapur sirih nampakdara, boleh di depan pintu masuk pekarangan
rumah, segehan ah soroh, api takep, katur teken Durga Bucari.
Saniscara
Kliwon (Tumpek Wayang); Puja Wali Bhatara Iswara. Banten
Suci maulam itik putih, peras, ajengan, sedah woh, canang raka-raka, rantasan
pasucian, katur ring Bhatara Hyang Guru. Bagi
umat Hindu yang memiliki Wayang, juga di upacarai pada hari Tumpek Wayang. Bantennya
sama dengan yang di atas, boleh ditambahkan lagi sesuai dengan dresta setempat. Untuk
Manusia; Sesayut tumpeng agung, prayascita, panyeneng, tataban.