proses pencitaan alam semesta |
Pendahuluan
Alam semesta, dalam
Hindu disebut dengan Bhuwana agung. Bhuwana
agung juga disebut dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar,
brahmanda”. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang
menjadi isi alam semesta ini disebut bhuwana agung.
Pada saat ini
sering muncul berbagai pertanyaan mengenai alam smesta. Sebenarnya alam semesta
ini apa? bagaimana awal dari alam semesta ini? dan siapa yag menciptakan?.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul di berbagai kalangan. Dan sejauh
ini para ilmuwan sudah melakukan penelitian-penelitian secara mendetail.dari
penelitian-penelitian tersebut memunculkan berbagai teori-teori tentang alam
semesta/kosmologi. Dan seiring dengan
berjalannya waktu, teori-teori tersebut banyak yang digugurkan para ilmuwan
lainnya. Namun dari teori-teori yang sudah ada masih belum bisa diketahui mana
yang lebih jelas atau benar.
Penelitian-penelitian
tersebut sudah terjadi sejak sebelum masehi hingga sekarang, namun apabila
dikaitkan dengan keadaan saat ini masih belum ada teori yang menjelaskan secara
pasti. Oleh sebab itu saya akan memaparkan sedikit pengetahuan yang saya
ketahui tentang definisi alam semesta menurut ajaran Hindu dan konsep harmoni
alam semesta.
Pembahasan
Konsep
Harmoni Alam Semesta
a.
Tri Hita Karana
Tri Hita Karana
berasal dari kata “Tri” yang berarti
tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan
dan “Karana” yang berarti penyebab.
Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga
penyebab terciptanya kebahagiaan”.
Konsep kosmologi
Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki
konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah
hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita
karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga
hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam
sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap
hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila
keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari dari pada segala
tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tentram, dan damai.
Hakikat mendasar
Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber
pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam
lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah
tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih
mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana
akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan
gejolak.
b.
Manusia dengan Alam Lingkungan
Manusia hidup dalam
suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari
lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya.
Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak
dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh
dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang
tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam.
Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya.
Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan.
Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam diri
manusia.
Kesimpulan
Pokok ajaran Tri
Hita karana dalam bagian manusia dengan alam/ lingkungan karena manusia hidup
dalam lingkungan dan proses penciptaan alam semester disebut dengan dengan
Bhuwana agung. Bhuwana agung juga disebut
dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan
matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini
disebut bhuwana agung.