Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.

Memahami Rwa Bhineda

On 10:57 PM with No comments

Memahami Rwa Bhineda


Berita Hindu Indonesia. Rwa Bhineda adalah pasangan - pasangan fenomena yang ada dan mesti terjadi pada alam dan atau kehidupan di dunia ini. Ada siang ada malam, ada hidup ada mati, ada suka ada duka, ada pria ada wanita, ada kemenangan ada kekalahan dan lain sebagainya. Rwa Bhineda jika dimaknai secara positif sebagai sebuah dualitas yang diartikan keduanya saling berpasangan, saling melengkapi, saling asih asuh, sinergis maka hal itu akan memberikan manfaat dan menguntungkan tidak hanya bagi kedua belah pihak namun juga alam semesta. Karena dengan demikian kondisi alam semesta akan bergerak menuju kebaikan, kedamaian dan kebahagiaan.

Namun jika dimaknai secara negatif dan sebagai sebuah dualisme yang diartikan keduanya saling berhadapan, berbenturan, berlawanan diantara yang satu dengan yang lainnya maka selanjutnya akan terjadi sesuatu kondisi yang bisa menimbulkan adanya sebuah petaka terhadap alam maupun kehidupan di dunia ini.

Rwa Bhineda bisa menjadi dualisme dan atau dualitas, sesungguhnya tergantung dari cakrawala pandang di dalam menyikapinya. Hal ini akan tampak nyata manakala pensikapan tersebut bermuatan pamrih atau maksud terselubung yang ingin diraih dalam suatu karya. Pamrih sesungguhnya sah - sah saja manakala dilakukan selaras dengan orientasi karyanya. Apalagi situasi dan kondisi yang berkembang dewasa ini disebutkan sebagai zaman kaliyuga.

Pada zaman kaliyuga diperlukan sikap eling lan waspada. Eling yang dimaksudkan tidak hanya sebatas dalam pengertian sadar semata tetapi memiliki muatan dalam arti sadar dalam kehidupan, bahwa :

1. Hidup itu ada yang menghidupi.
2. Hidup adalah sebuah penderitaan.
3. Hidup senantiasa berubah / tiada yang abadi.

Oleh karenanya kita tak boleh terjebak dalam situasi dan kondisi yang bersifat rwa bhineda itu. Ketiga hal itu mesti dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak sepotong - sepotong. Disisi lain adanya kesadaran akan hal yang senantiasa berubah. Hal inilah sesungguhnya jika kita ingin memaknai hidup eling sebagai suatu kesadaran akan eksistensi kita sebagai manusia yang bermuatan atman percikan dari Sang Brahman. 

Memahami rwa bhineda secara filosofi semestinya kita melihat contoh kodrati yang diberikan alam. Siang dan malam yang memiliki durasi yang seimbang, pria dan wanita, masing - masing memiliki situasi dan kondisi yang berimbang bahkan sinergis yang mampu menciptakan keserasian dan keharmonisan. Mestinya demikian pula dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, semestinya ada ruang yang seimbang antara pamrih dari masing - masing pihak. Artinya ketika kita berdiri pada suatu pihak akan sangat arif manakala kita bisa memberikan ruang kepentingan yang sama kepada pihak lain.

Memahami Rwa Bhineda


Sebagai sesorang yang diberikan wiweka sesungguhnya dalam hati kecil kita telah menyadari akan hal - hal seperti itu. Namun pamrih yang didorong rajas dan tamas akan menghasilkan keluaran yang berbeda dengan nurani kita selaras dengan intensitas pamrih yang menyeruak dalam diri kita. Hal inilah yang menjadi pemicu masalah dalam hidup dan kehidupan kita di dunia ini. Untuk itu diperlukan kecerdasan atau toleransi. Ada konsep jawa yang bisa kita pedomani "sing rumangsa dhuwwur ya mentiungo lan sing rumangsa cendhek ya ngranggeho' (yang merasa tinggi merendahlah dan yang merasa rendah ya berusaha meraihlah). Dengan membuka ruang dialog yang dapat diterima kedua belah pihak maka pada gilirannya akan mempersempit jurang perbedaan rwa bhineda.

Rwa bhineda senantiasa mengikuti perkembangan yang selaras denagn zamannya. Hal itu terlihat dalam perjalanan zaman Ramayana. Digambarkan sangat jelas perlawanan antara dharma melawan adharma. Rama pada pihak yang memperjuangkan dharma dan Rahwana yang berada pada kutub adharma. Begitu juga pada pustaka Mahabharata. Rwa bhineda sudah berkembang dengan muatan kepentingan yang lebih rumit. Posisi Shri Krishna sebagai awatara yang menjalankan kebenaran hakiki tidak ikut bermain dalam rwa bhineda itu. Sementara Pandawa dan Kurawa berseteru dalam bungkus dharma melawan adharma. Jika dicermati tidaklah mudah untuk mengurai kebenaran yang dimainkan oleh kedua kubu yang berseteru. Keduanya memiliki dasar untuk mendukung pamrihnya secara argumentatif.

Zaman yang berkembang demikian pesatnya dan melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan perkembangan pamrih. Oleh karenanya dalam pemahaman rwa bhineda dewasa ini semestinya diletakkan pada wilayah bebas pamrih. Jika hal ini dapat dilakukan maka akan tercipta suasana, situasi dan kondisi yang baik, sehingga karya bangsa untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin bagi warganya akan segera terlaksana.



Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Comments
0 Comments