Berita Hindu Indonesia

Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.
Seks dan Spiritualitas

On 12:46 PM with No comments



Berita Hindu Indonesia - Kasus penelanjangan di Tanggerang dapat dijadikan refleksi atas kondisi sosial kini. Mereka adalah cerminan dari manusia-manusia yang prustasi, dan efek dari kemunafikan agama yang memandang seksual sebagai sesuatu yang tabu, dan sesat. Daging, darah, tubuh, bau, payudara, vagina, venis, sperma, ovum dst sebagai kekotoran yang dapat mendatangkan kejatuhan di limbah neraka. Doktrin yang demikian, justru akan mengkebiri sisi kealamiahan manusia yang memang harus memiliki hasrat seksual yang berpuncak pada perjumpaan tubuh. Pertentangan antara doktrin agama (tertentu) dan hasrat lahiriah (seksualitas) berdampak pada kekerasan psikologis. Klimaks dari semua itu adalah "prustasi dan setres". Ciri masyarakat prustasi dalam ilmu psikologi sosial, yakni begitu gampang terpropokasi, dan melakukan penghakiman atas "agama, iman dan ayat-ayat suci" (hati-hati setan pun bisa mengutip ayat suci demi dalih pembenaran).

Seksualitas dalam Tantra adalah salah satu jalan menuju pada "pencerahan diri" hingga mencapai kelepasan/kebebasan. Selain memang Tantra menerima sekssualitas tersebut sebagai sebuah sisi dari kealamiahan manusia sebagai makhluk yang bertumbuh dan berkembang. Seks bukanlah sesuatu yang menjijikan dan sedemikian rupa membawa manusia pada kejatuhan. Justru seks adalah “obat” bagi jiwa yang terluka sehingga hidup menjadi menggembirakan dan penuh dengan vitalitas serta bahagia. Sebab dalam Tantra, seks akan dapat menjadikan nafsu, birahi (emosional) dapat menjadi energi kreativitas yang tinggi. Merepresi dan menegasikan (menghilangkan) seks, maka emosional dalam diri akan melakukan perlawanan dan menekan psikis, sehingga hormon “Endorpin” (hormone kegembiraan) akan tertutup. Justru dengan seks hormon kegembiraan akan membuat semua lapisan mental berada pada kondisi alpha dan tetha.

Seks yang baik dan dilakukan dengan teknik Tantra, maka dapat membawa gelombang otak (Brainwave) pada kondisi yang tenang.  Sebab seks yang baik, dilakukan dengan sadar penuh melalui sentuhan-sentuhan dan postur tubuh serta ciuman yang dapat mengaktivasi titik simpul saraf secara optimal. Terlebih ketika gesekan venis dan vagina dengan ritme yang teratur, dan olah nafas, serta menikmati panas dari energi prana yang terpancar hingga berpuncak pada orgasme, maka semua bentuk nafsu, emosional, kemarahan, birahi dan semacamnya akan terlepas. Terpenting, semua itu dilakukan dengan “kesakralan” yang tidak boleh terabaikan. Sebab seks dalam Tantrik Kiri adalah sesuatu yang sakral dan pemujaan kepada Sakti sebagai energi darimana semuanya terlahir, hidup dan kembali. Seks adalah mengalami energi kreasi (creator spirit) sebagai bentuk penghormatan kepada perempuan sebab di dalamnya ada perpaduan “rasa” (sakti bhawa). Bayangkan….perempuan tidak ada parasnya yang cantik, tidak ada payudaranya, dan tidak ada vaginanya dst…wah…setresss!!!!! Jadi, seks bukan menjijikan tetapi tangga menuju pencerahan diri dan pensakralan tubuh  sebagai “meru” nya Jiwa.
Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Agama Hindu

On 2:39 PM with No comments

proses pencitaan alam semesta

Pendahuluan
Alam semesta, dalam Hindu disebut dengan Bhuwana agung. Bhuwana  agung juga disebut dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut bhuwana agung.
Pada saat ini sering muncul berbagai pertanyaan mengenai alam smesta. Sebenarnya alam semesta ini apa? bagaimana awal dari alam semesta ini? dan siapa yag menciptakan?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul di berbagai kalangan. Dan sejauh ini para ilmuwan sudah melakukan penelitian-penelitian secara mendetail.dari penelitian-penelitian tersebut memunculkan berbagai teori-teori tentang alam semesta/kosmologi. Dan  seiring dengan berjalannya waktu, teori-teori tersebut banyak yang digugurkan para ilmuwan lainnya. Namun dari teori-teori yang sudah ada masih belum bisa diketahui mana yang lebih jelas atau benar.
Penelitian-penelitian tersebut sudah terjadi sejak sebelum masehi hingga sekarang, namun apabila dikaitkan dengan keadaan saat ini masih belum ada teori yang menjelaskan secara pasti. Oleh sebab itu saya akan memaparkan sedikit pengetahuan yang saya ketahui tentang definisi alam semesta menurut ajaran Hindu dan konsep harmoni alam semesta.
Pembahasan
Konsep Harmoni Alam Semesta
a.  Tri Hita Karana
Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari dari pada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tentram, dan damai.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.
b. Manusia dengan Alam Lingkungan
Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam diri manusia.
Kesimpulan

Pokok ajaran Tri Hita karana dalam bagian manusia dengan alam/ lingkungan karena manusia hidup dalam lingkungan dan proses penciptaan alam semester disebut dengan dengan Bhuwana agung. Bhuwana  agung juga disebut dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut bhuwana agung.
Menerapkan Nilai-Nilai Humanis Dalam Konteks Eko Religius Alam

On 2:20 PM with No comments

ilustarasi

Pendahuluan
     Manusia hidup dalam lingkungan dan melakukan interaksi dengan komponen-komponen yang ada di lingkungannya. Interaksi tersebut dapat terjadi dengan komponen biotik maupun abiotik serta sosial budaya. Pada awalnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya lebih bersifat eksploitatif terhadap alam, sehingga muncul berbagai masalah lingkungan.
Pembahasan
Pengertian Humanis
Secara historis humanisme dalam bingkai modernitas melahirkan humanisme modern (modern humanism). Humanisme modern memisahkan dan bahkan menganggap tidak perlu terhadap nilai-nilai spiritualitas transenden (Luca 1972, 5). Agama sebagai sesuatu yang inheren dalam diri manusia dinafikan, karena agama dalam perspektif modernitas dianggap tidak dapat menyelesaikan  problematika sosial, sehingga cara pemecahan rasional yang serba positif dan temporal menjadi sangat penting.
Melihat kecenderungan humanisme modern sebagaimana tergambar di atas, maka sangat wajar jika Mario Bunge (2000,16) membagi dua model humanisme, yaitu humanisme sekular dan humanisme religius. Humanisme sekuler (secular humanism) melihat manusia dan masyarakat atas dasar rasionalitas, sedangkan humanisme religius (religious humanism) melihat manusia dan masyarakat berdasarkan pada nilai-nilai moral (etika) sebagaimana yang lazim terdapat dalam agama.
Saat ini, baik humanisme sekuler maupun humanisme religius, keduanya belum mampu mengantarkan terbentuknya individu dan masyarakat ideal.Humanisme sekuler, sekalipun didukung oleh kemanjuan teknologi, belum dapat menyelesaikan problematika individu dan masyarakat, terutama individu dan masyarakat modern Barat, misalnya terhadap krisis spiritual, krisis lingkungan dan sebagainya (Nasr 1975, 3-5). Humansime sekuler dianggap telah gagal menjadi filosofi hidup manusia karena ternyata belum mampu mengangkat harkat kemanusiaan (humanistik) dan eksistensi manusia yang sebenarnya serta kehilangan spirit keagamaan sehingga manusia sekular selalu mengalami kegelisahan spiritual. Di lain pihak, humanisme religius selalu dipahami dalam makna yang sempit, dan luas.
Kesimpulan
Humanisme yang berkembang saat ini dapat di pandang sebagai bentuk gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan perilaku etis setiap bentuk tindakan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya, bertujuan membentengi martabat kemanusiaan manusia itu sendiri. Humanisme religious berlandaskan pada keyakinan dan nilai-nilai etik-spiritual yang kokoh, bahwa setiap manusia harus diperlakukan sebagai manusia, dapat menyatukan manusia yang berbeda, baik perbedaan keyakinan dan pola kehidupan sosial, sebuah masyarakat yang melindungi martabat seluruh anggotanya, karena manusia yang ada di dalamnya menjadi sasaran utama.
Aktualisasi humanisme religius menuju humanisme spiritual merupakan salah satu model yang baik dan pantas ditawarkan bagi upaya menyikapi tantangan global dengan mencoba menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang hilang. Humanisme religius tidak memisahkan dunia ke dalam bidang yang berbeda dan mampu melihat akal atau rasionalitas dan pengalaman mistis spiritualis terpancar dari sumber yang sama. Oleh karena itu, perlu menata kembali nilai kebersamaan yang humanis, karena ungkapan tersebut mengandung banyak nilai yang berharga. Sikap humanis-religius, yakni sikap yang mengedepankan sisi-sisi kemanusiaan dan nilai-nilai religi (agama). Humanisme religius mengajarkan kepada manusia untuk berlaku adil antar sesama dan hidup damai di tengah kancah perbedaan. Kejahatan dan penghancuran nilai-nilai kemanusiaan, merupakan bentuk penodaan kesucian Tuhan, dirinya, agama dan para pemeluknya. Sikap marah atau kejam atas nama agama (Tuhan) menurut penulis sangat menjijikkan, justru penghinaan terhadap Tuhan.
Nilai-nilai etis sebagai standar moral bagi bangunan masyarakat humanis yang religius saat ini telah terkikis oleh krisis spiritual manusia. Agama seakanakan tidak lagi dapat berperan menyelesaikan problem kehidupan, bahkan kini dianggap telah menjadi sumber kekerasan dan petaka yang semakin mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu perlu perhatian serius dari insan beragama dalam menata ulang kehidupan yang harmonis dan seimbang sesuai dengan tatanan universal alam semesta yang membawa rahmat bagi seluruh isi di dalamnya.
Hari Raya Nyepi, Pesta Rohaninya Hindu

On 2:17 PM with No comments



        Berita Hindu Indonesia - Kalau diamati kehidupan manusia saat ini begitu maju. Apa yang dulu tak terbayangkan, saat ini bisa diwujudkan. Berbagai teknologi yang ditemukan manusia memudahkannya mengarungi hidup ini. Teknologi itu semestinya juga menjadi alat bagi manusia untuk membuat berbagai keharmonisan dalam berbagai aspek kehidupannya.
Dengan teknologi manusia akan makin mudah menjalankan agamanya untuk berinteraksi dengan Sang Pencipta. Menuju ke tempat ibadah makin mudah dengan adanya kendaraan sebagai hasil teknologi. Menyampaikan ajaran agama makin mudah karena adanya teknologi informasi yang demikian pesat. Demikian pula penerimaan ajaran itu oleh umat beragama semestinya juga makin intens baik dari segi kuantitas dan juga tentu dari segi kualitas. Melaksanakan ajaran agama seharusnya lebih mudah lagi, mengingat berbagai kemudahan hidup dan kemajuan-kemajuan yang dihasilkan manusia karena olah pikirnya.

      Dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan juga teknologi interaksi manusia dengan manusia lain menjadi tak mudahnya. Tak ada lagi hambatan dari segi waktu dan tempat. Di mana pun keberadaan manusia, akan bisa berinteraksi dengan manusia lainnya. Kapanpun dia menginginkan interaksi itu, segera bisa diwujudkan. Semua itu berkat kemajuan yang diraih manusia dalam kehidupannya. Jadi apa hambatan manusia modern sekarang dalam interaksinya itu? Ternyata hambatan utama manusia ada pada dirinya sendiri. Manusia semakin asyik dengan “dunia barunya”. Tiba-tiba saja manusia merasa berhak menguasai manusia lain. Tiba-tiba saja manusia merasa tak memerlukan orang lain. Dia merasa bahwa bisa hidup tanpa orang lain. Manusia kini merasa paling berhak atas bumi ini, lingkungan ini, sedangkan mahluk yang lain berada di bawah pengaturan manusia. Sepertinya inilah persoalan manusia kekinian.
Semua bentuk perasaan superioritas inilah yang perlu dinetralisir dengan melakukan perenungan internal. Merenung ibarat menggali sumur sedalam-dalamnya untuk menemukan air yang jernih. Kejernihan air spiritual yang sejati di dalam hati. Sebuah hakekat kehidupan yang menjadi cita-cita manusia Hindu.

        Ajaran Hindu mengajarkan umatnya bahwa musuh yang utama adanya tak jauh dari diri sendiri, letaknya ada di dalam diri sendiri, yaitu di hati. Wujudnya berupa hawa nafsu, kemarahan, kelobaan, kemabukan, rasa iri, dengki, dan sebagainya. Kualitas seorang manusia diukur dari mampu tidaknya ia menguasai musuh yang bersemayam di dalam hatinya. Bila ia mampu menguasai musuh-musuh itu dan bukan sebaliknya, di situlah letak kemanusiaannya yang sejati. 

       Semua itulah yang menjadi konsentrasi umat Hindu dalam merayakan Nyepi. Sebuah perayaan dengan tidak membuat “pesta” sebagai mana layaknya dengan berbagai sajian hidangan yang menggugah selera panca indera. Tidak demikian halnya pada saat Nyepi. Yang menjadi aspek pesta Nyepi adalah “pesta rohani”, yang diisi dengan sajian perenungan terhadap ajaran kebenaran yang mesti dilaksanakan serta perenungan terhadap seberapa banyak hal-hal baik yang sudah dilaksanakan dan yang belum dilaksanakan. 
Jangan Mau Dijuluki Emban Cindhe Emban Siladan

On 11:05 PM with No comments




        Berita Hindu Indonesia - Ungkapan bernada nasihat ini sangat populer dalam kehidupan masyarakat Jawa, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, kedinasan dan lain - lain. Untaian kata itu terbentuk dari kata emban (menggendong), cindhe (kain halus), dan siladan (sisa rautan bambu ). Siladan bersifat sangat tajam sehingga jika tidak hati - hati dapat menyayat kulit, menggores tangan yang memegangnya. Rasa sakit yang ditorehkan sungguh luar biasa melebihi sayatan pisau.

      Secara harafiah ungkapan itu mengandung arti "menggendong (biasanya anak) dengan kain cindhe (kain halus) dan menggendong dengan siladan (sisa rautan bambu). Jelas sekali bahwa anak yang diemban dengan cindhe akan merasa nikmat, dapat merasakan enaknya tidur, indahnya kasih sayang. Sedangkan yang digendong dengan siladan akan merasa sakit sekujur tubuhnya. 
Menggendong dengan kain cindhe mengiaskan sikap orang dalam memperlakukan orang lain (anak, saudara, bawahan, tetangga, karyawan dan siapa pun juga) dengan cara yang baik serta membahagiakan pihak yang diembannya. Sebaliknya menggendong dengan siladan melambangkan keadaan yang sebaliknya, yakni perlakuan yang tidak baik / tidak semestinya terhadap orang lain, anak, tetangga dan lainnya. Dengan demikian ungkapan tersebut dimaksudkan untuk menyatakan orang yang pilih kasih atau orang yang tidak bertindak adil dalam memperlakukan orang lain. Sikap tidak adil itu dinilai sebagai sikap yang negatif dan tidak dapat dibenarkan karena menimbulkan disharmoni dalam tata pergaulan bermasyarakat.

     Untuk menciptakan keadaan hubungan yang harmonis tiap orang dituntut untuk menghindari sikap emban cindhe, emban siladan kepada siapapun juga. Khususnya orang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan, perlu sekali ia diingatkan agar jangan emban cindhe, emban siladan (jangan pilih kasih) dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Pepatah tersebut sangat efektif untuk mengingatkan para pemimpin agar kembali ke rel keadilan dalam menjalankan kewajiban sesuai amanat yang dipercayakan kepadanya. Seseorang seharusnya menjadi gelisah, malu dan merasa bersalah jika diberi julukan sebagai orang yang emban cindhe, emban siladan (pilih kasih, berat sebelah, atau tidak adil)
Menjadi Pribadi Yang "Jembar Segarane"

On 10:10 PM with No comments





       Berita Hindu Indonesia -  Kata jembar artinya luas, sedang segara artinya laut atau lautan. Dalam filosofi Jawa lautan atau segara dijadikan simbol watak dewa, artinya simbol kepribadian yang baik. Apa dan bagaimana kebaikan lautan atau segara itu ? Dalam ajaran kepemimpinan asthabrata disebutkan bahwa salah satu watak yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin adalah watak lautan  (disimbolkan sebagai dewa laut atau Baruna). Lautan adalah tempat bermuaranya beribu - ribu sungai besar dan kecil. Kita mengetahui bahwa setiap saat terutama pada saat banjir, sungai memasok kotoran berupa sampah dan lain sebagainya ke laut. Lautan tidak pernah menolak kiriman sampah atau kotoran itu. Semua kotoran diterimanya dengan senang hati dengan tenang dan damai. Semua kotoran itu tidak pernah membuat air laut menjadi kotor. Semuanya diolah dan lautan tetap dengan airnya yang jernih, seperti wajah orang yang berseri walau di dalam hatinya menyimpan banyak masalah.

        Semua orang juga mengetahui bahwa di dalam laut juga hidup beribu - ribu binatang air. Ada ikan yang kecil dan cantik, serta tidak sedikit pula yang menyeramkan dan menjijikkan. Semuanya ditampung oleh lautan. Lautan juga setiap saat rela memberi kekayaannya kepada nelayan. Ia tidak pernah mengeluh  dalam menyedekahkan kekayaannya kepada nelayan, tanpa mengharap imbalan apapun. Kebaikan lautan kepada manusia itu ibarat kebaikan sang surya menyinari dunia atau ibarat kasih sayang ibu kepada anaknya yang tiada henti. Lautan hampir - hampir tidak pernah menggerutu ketika diinjak - injak ataupun diobok obok oleh kapal - kapal besar sepanjang hari. Itulah watak lautan, dengan ikhlas menampung semua kotoran dan binatang laut, rela memberikan hartanya demi para nelayan serta menyediakan tubuhnya untuk dilalui kapal - kapal besar.

        Karena sifat seperti inilah masyarakat Jawa mengambil inti dari pribadi lautan atau segara. Orang yang mampu menampung pikiran banyak pihak dapatlah disebut sebagai orang yang memiliki hati yang lapang. Padahal kita ketauhi bahwa dalam tata pergaulan tidak sedikit persoalan atau perbedaan pendapat yang meruncing menjadi perseteruan, hinaan dan lain sebagainya. Akan tetapi ada orang yang mampu menerima semua noda, kesalahan, atau hinaan orang lain itu, baik dari keluarga atau masyaraakat di sekitarnya. Orang yang memiliki kelapangan hati itu disebut sebagai sosok yang pemaaf. Ia tidak mudah marah ketika dicelaa, ikhlas menghadapi cobaan, tidak sakit hati ketika dihina dan tidak merasa senang ketika disanjung. Seseorang yang memiliki sifat jembar segarane pastilah disegani banyak orang. Ia tidak mudah terpancing oleh hinaan seperti lautan yang selalu mau menampung kotoran yang diangkut oleh beribu - ribu sungai.
Jika dalam era sekarang ini banyak orang utamanya pemimpin - pemimpin negara kita yang meneladani watak dari segara / lautan pastilah tidak akan terjadi perselisihan atau perseteruan yang merugikan diri kita atau negara kita sendiri. So jadilah pribadi yang memiliki karakter lautan.

Cara Dapatkan Kasih Tuhan

On 11:57 PM with No comments




       Berita Hindu Indonesia -  Manusia tentu tak bisa luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun manakala ada kelemahan yang bersarang pada diri manusia yang mengakibatkan  manusia kehilangan kebaikan hatinya dan manusia menjadi kejam serta bertingkah laku seperti binatang buas yang tinggal di hutan, maka sifat semacam itu adalah bukan sifat manusia yang sejati melainkan kebalikan dari kemanusiaan. 

        Kata kemanusiaan atau manusiawi diartikan sebagai kebaikan. Dari berbagai bunga kebaktian, Tuhan hanya menerima bunga kebaikan hati manusia dengan penuh kasih. Bila manusia membawa bunga yang biasa dan memuja Tuhan dengan disertai pikiran dan keinginan tertentu, Ia tidak akan membangkitkan kasih beliau. Persembahan itu tidak dapat menyenangkan Tuhan dan Beliau tidak akan menerima sajian seperti itu. Apakah yang mau Beliau terima ? Apakah yang beliau hargai? Tuhan akan menerima dan sangat menyukai bunga kebaikan manusia, bunga cinta kasih, bunga belas kasihan yang mekar di hati kita. Lalu bagaimana cara kita menyatakan kebaikan ini? Tentunya bukan sekedar dengan berbuat baik. Namun yang diperlukan adalah keyakinan yang mendalam, keimanan. Kita harus mengubah hati kita untuk meyakini bahwa Tuhan ada dalam hati setiap manusia. Kita harus terus menerus menumbuhkembangkan keyakinan akan Kemahaadaan Tuhan. Dengan begitu kita akan dapat merasakan penderitaan dan kesedihan orang lain sebagai penderitaan dan kesedihan kita sendiri.

        Bila kita mempunyai keyakinan kuat bahwa prinsip ketuhanan yang sama ada di setiap hati manusia maka segala hambatan dan rintangan akan dapat diatasi. Bila kita percaya sepenuhnya pada Tuhan yang bersemayam dalam diri kita maka segala sesuatu dan apa saja menjadi milik kita. Keyakinan itulah kuncinya yang merupakan akar kehidupan spiritual.