Berita Hindu Indonesia

Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.
Tata Cara Menanam Ari-Ari Bayi Secara Hindu dengan Cara Sederhana

On 2:11 PM with No comments

 

Tata Cara Menanam Ari-Ari Bayi

Berita Hindu Indonesia -  Dalam tradisi Hindu, menanam ari-ari atau plasenta bayi merupakan salah satu upacara sakral yang melambangkan rasa hormat kepada leluhur, alam semesta, dan kekuatan spiritual yang melindungi bayi. Berikut adalah tata cara umumnya dalam agama Hindu, meskipun bisa sedikit berbeda tergantung pada budaya lokal atau adat istiadat:

1. Persiapan Ritual

  • Keluarga menyiapkan perlengkapan ritual seperti kembang, dupa, air suci, dan beberapa persembahan (misalnya bunga, kemenyan, dan beras).
  • Ari-ari ditempatkan dalam wadah khusus, biasanya berupa kendi tanah liat atau tempurung kelapa.

2. Pemilihan Lokasi Penanaman

  • Ari-ari biasanya ditanam di sekitar rumah, terutama di area yang aman dan tenang. Lokasinya sering dipilih dengan mempertimbangkan arah dan energi positif menurut ajaran vastu atau tradisi setempat.
  • Di beberapa daerah, lokasi diatur dengan memerhatikan posisi bayi dalam keluarga dan simbolik seperti arah matahari terbit.

3. Upacara Penyucian

  • Sebelum menanam, ari-ari disucikan dengan air suci (tirtha) atau air kelapa, lalu diberi bunga, kunyit, dan sesaji lainnya.
  • Terkadang, ari-ari juga dioleskan dengan minyak kelapa atau minyak wangi untuk menghormati hubungan bayi dengan alam.

4. Doa dan Persembahan

  • Setelah ari-ari disiapkan, pemimpin ritual (biasanya orang tua, sesepuh, atau pendeta) mengucapkan doa-doa khusus untuk memohon berkah, perlindungan, dan kesejahteraan bagi bayi.
  • Dupa dinyalakan, dan persembahan seperti bunga, buah, dan beras ditempatkan di sekitar lokasi penanaman.

5. Penanaman

  • Ari-ari kemudian dikubur di dalam tanah dengan hati-hati, biasanya disertai dengan tanah, batu, atau benda lain sebagai simbol kekuatan dan kestabilan.
  • Setelah menanam, ditaburkan bunga dan beras di atasnya sebagai simbol kesejahteraan.

6. Penutupan dan Berkah

  • Setelah upacara selesai, keluarga memberikan doa penutup dan berterima kasih kepada Dewa atau leluhur yang telah melindungi bayi.
  • Beberapa keluarga juga memasang tanda seperti batu atau tanaman kecil di atas lokasi tersebut sebagai simbol perlindungan dan penghormatan.

Makna Filosofis

Dalam Hindu, ari-ari dianggap sebagai "saudara kembar" atau sahabat bayi yang melindungi dan mendampingi kehidupannya sejak dalam kandungan. Menanam ari-ari berarti mengembalikan bagian tubuh yang suci ini kepada Ibu Pertiwi dengan rasa syukur. Upacara ini juga melambangkan hubungan bayi dengan alam dan leluhur, dan merupakan permohonan agar ia tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan diberkati.

Setiap daerah atau komunitas Hindu mungkin memiliki variasi tata cara yang berbeda, tergantung pada adat istiadat lokal.

 


Ratu Gede Mecaling Dalem Nusa Penida

On 10:48 AM with No comments

Berita Hindu Indonesia - Nusa Penida sebenarnya berasal dari kata, nusa yang artinya pulau, sedangkan kata penida berasal dari kata Pandita, atau pendeta atau brahmana utama. Sebenarnya pandita yang dimaksud adalah Hyang Pasupati atau Bhatara Siwa sebagai raja pandita seluruh jagat.


Bhatara Siwa diyakini turun menuju wilayah tersebut pada tahun saka 50, dan berstana di Gunung Mundhi, disertai permaisuri beliau Dewi Uma. Beliau kemudian menjelma menjadi manusia sakti tanpa tanding, tahu akan segala macam ilmu sastra dan mahir dalam segala macam kepintaran. Singkat katanya beliau menjadi seorang pendeta besar bernama Dukuh Jumpungan. Inilah awal dimana pulau pendeta atau Nusa Pandita yang lama kelamaan menjadi Nusa Penida.

Sedangkan istri dari Dukuh Jumpungan yang merupakan penjelmaan Dewi Uma bernama Ida Bhatari Ni Puri. Pada tahun saka 90, Bhatari Ni Puri melahirkan putra perkasa bernama I Merja. Setelah dewasa, I Merja sama saktinya dengan ibu dan ayahnya. Sama-sama memiliki kedigjayaan yang begitu besar dan gemar akan tapa. Ketika dewasa I Merja menikah dengan seorang gadis dari Loka bernama Ni Luna yang turun ke dunia pada tahun saka 97.

Ni Luna juga senang akan tapa brata. Tempat dimana beliau melakukan yoga kini disebut sebagai Pura Batu Banglas. Dari pernikahan mereka, maka lahirlah seorang putra yang sakti bernama I Renggan. Beliau lahir pada tahun saka 150 dan beliau menikah dengan Ni Merahim yang lahir pada tahun saka 160.

I Renggan yang amat sakti gemar akan tapa memiliki perahu anugrah dari Dukuh Jumpungan. Dengan perahu itulah I Renggan menabrak pulau Nusa hingga terbelah menjadi dua bagian. Yang besar bernama Nusa Gede dan yang kecil bernama Nusa Cenik. Nah sekarang beliau ingin menguji perahu (p.9) dan saktinya kepada rakyat Bali, maka berlayarlah I Renggan Padangbai dan di sana beliau banyak membuat ketakutan rakyat Bali.

Anak buah I Renggan banyak menteror masyarakat di sana dan membawa wabah berupa hama dan banyak menyerang tanaman. Hingga berlarilah masyarakat Bali menuju tempat junjungan mereka, yakni Gunung Agung. Ida Bhatara Hyang Tohlangkir tak berkenan dengan kejadian ini. Kemudian beliau melumpuhkan penyakit yang dibawa oleh I Renggan.

I Renggan yang menikah dengan Ni Merahim memiliki dua orang anak, yang putra bernama I Gede Mecaling dan perempuan bernama Ni Tole, lahir pada tahun saka 180. I Gede Mecaling menikah Sang Ayu Mas Rajeg Bhumi.

Pada tahun 250 saka, Gede Mecaling melakukan tapa di Peed dan pengastawan Ida ditujukan kepada Bhatara Siwa.

Karena saking keras tapa dan brata yang dilakukan oleh Gede Mecaling, maka Bhatara Siwa berkenan memberikan anugerah berupa kesaktian Kanda Sanga. Seketika itu juga Gede Mecaling berubah wujud menjadi sangat menyeramkan. Taringnya panjang dan badannya besar sekali. Suaranya menggetarkan jagat raya, dan oleh sebab itulah kemudian Ida Bhatara Indra turun dari Loka untuk mengatasi ketakutan yang dibuat oleh GedeMecaling.

Bhatara Indra memotong taring dari Gede Mecaling dan membuat jagat tentram kembali. Setelah itu berhasil dilakukan, kemudian I Gede Mecaling kembali melakukan tapa hebat memuja Bhatara Rudra. Dengan ketekunan yang dimiliki oleh Gede Mecaling, maka Ida Bhatara Rudra menjadi asih dan memberikan anugerah kepada I Gede Mecaling berupa lima macam sakti yakni: Taksu kesaktian, taksu pengeger, taksu balian, taksu penolak grubug dan taksu pengadakan mrana.

I Gede Mecaling memimpin semua wong samar dan bebutan-bebutan yang ada di bumi. I Gede Mecaling juga memberikan wewenang sebagai penguasa samudra. Karena menguasai samudra sering juga disebut Ratu Gede Samudra. Gelar dari I Gede Mecaling yang deiberikan oleh Ida Betari Durga Dewi yaitu Papak Poleng dan permaisurinya Sang Ayu Mas Rajeg Bumi diberi gelar Papak Selem. I Gede Ratu Mecaling moksa di Ped dan istrinya moksa di Bias Muntig. Keduanya sekarang sebagai penguasa bumi Nusa Penida dan dapat wewenang sebagai penguasa kematian. Maka bagi umat yang ingin umurnya panjang, sehat, selamat dan lain-lain memohonlah kepada beliau I Gede Mecaling yang akhirnya bergelar Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling. Akan tetapi karena sering ke Bali dan bertemu dengan Ida Bhatari Ratu Niang Sakti, akhirnya Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped juda menjadi Pengabih Ida Bhatari Ratu Niang Sakti

Dalem Sawang menyampaikan pastu yang berbunyi: "Barang siapa yang ingin menyusung Durga Dewi pengastawanya ke dalem Nusa sepatutnya menggunakan kayu perahu sebagai prelingga sarwa mecaling, karena kayu perahu berasal dari pengendrana Ida Bhatara Siwa (Dukuh Jumpungan), maka sidi, sakti, perkasalah dia".

. Ratu Gede Mecaling distanakan dalam Pura Ratu Gede dan diberi nama suci Ida Bhatara Ratu Hyang Agung Ratu Gede Mecaling. Seluruh sakti yang berupa lima macam taksu tadi adalah hal-hal yang menjadi gegambelan Ida Bhatara. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak tapakan, balian, jero dalang, topeng, dan penekun kewisesan melakukan tirakat untuk menyenangkan hati Ratu Gede Mecaling agar menerima berkat yang mereka inginkan.

Tidak ada satupun balian yang kalah, tidak ada satu penekun ilmu kewisesan yang kasor jika sudah mendapatkan anugerah dari Ida Bhatara Gede Mecaling. Semuanya akan siddhimandhi, siddhimantra dan siddhi ngucap. Pelinggih beliau adalah ada di Pura Ratu Gede dengan ciri yang berbeda dari pura-pura lain yang terdapat di wilayah Peed. Seluruh busana pura atau wastra pura berwarna poleng. Dari candi bentar, apit lawang, hingga pelinggih utama, semuanya poleng. Itulah cirinya Pura Ratu Gede Mecaling.

Menurut mitologi, hujan di wilayah Klungkung dan sekitarnya adalah ada di bawah penguasaan Ratu Gede Mecaling. Jadi kepada tukang terang dan pawang hujan, jika ingin sukses berkecimpung pada profsesinya, maka jangan abaikan pemujaan kepada Ratu Gede Mecaling Dalem Nusa.

Sumber : Gues Wick Bagus
Mengapa Kita Memeluk Agama?

On 1:59 PM with No comments


Berita Hindu Indonesa - KARENA AGAMA MEMBERIKAN TUNTUNAN HIDUP DAMAI SEJAHTERA, BAHAGIA (JAGADHITA) DAN LEPAS DARI KETERIKATAN KELAHIRAN (MOKSA)

Belakangan ini medsos khususnya digrup yg berbau Hindu diramaikan dgn pro kontra tentang ajaran HK . Mengapa sampai diributkan ? Karena adanya kekhawatiran budaya Bali akan punah oleh budaya india yg dibawa HK. Sudah menjadi hukum kodrat bahwa segala sesuatu bisa bertahan hidup bila bisa menyesuaikan diri dgn keadaan jaman. Contoh dinosaurus punah ribuan tahun yg lalu karena tidak bisa menyesuaikan diri dgn petuBahan iklim saat itu. Demikian juga adat istiadat dan budaya bisa bertahan disebabkan ada masyarakat pendukungnya karena sesuai dgn kebutuhan hidupnya saat ini.


Mengapa banyak orang mengikuti sekte pemujaan tertentu seperti Hare Krisnha, Sai Baba, Brahma Kumari dll ?
Karena mereka menganggap dgn sistem pemujaan yg mereka anut akan lebih cepat tercapai tujuan seperti yg diuraikan diatas yaitu kedamaian, kesejahteraan, kebahagiaan dan kelepasan serta sesuai tuntutan kebutuhan hidupnya saat ini.

Sekarang yg menjadi pertanyaan sudahkah kita umat Hindu di Bali yg beradat istiadat dan berbudaya Bali mampu mengadakan perubahan sehingga sesuai dgn kebutuhan jaman sehingga umat merasa nyaman damai, sejahtera, dan bahagia ? Bagaimana dgn kasus2 adat, beban ayahan yg menjerat sudahkah dicarikan solusi oleh para tokoh kita yg punya kekuasaan untuk itu sehingga tidak tergilas oleh jaman. Kita tidak cukup untuk menyalahkan mereka tanpa mau melakukan perubahan dan perbaikan yg memungkinkan kita tetap hidup dan bertahan dalam hidup yg penuh persaingan disemua sektor. Biasanya manusia sudah kodratnya akan mengikuti apa yg dapat memudahkan hidupnya.

Adat istiadat dan budaya Bali cendrung rumit, tertutup dan aneh.
Rumit : pelasanaan ritualnya 95 % orang tidak mengerti dan tidak mampu membuat sarananya sehingga ritual kebanyakan hasil membeli bukan hasil pelaksanaan sendiri.
Tertutup : kalau ada masyarakat luar mau masuk Hindu sulit diterima dikomunitas orang Bali mau dimasukkan klan /dadia mana

Aneh : ada pola pikir aneh yg menjadi warisan masyarakat Bali, contoh ada orang luar mau masuk Hindu dan ingin menjadi anggota salah satu dadia ternyata tidak bisa diterima kendalanya nanti masalah sembah kesembah. Tapi kalau ada orang mengambil istri orang luar Bali tidak masalah langsung diajak tidak ada masalah. Apa,bedanya orang yg dipakai istri dgn orang yg mau masuk Hindu, sama 2 orang luar Bali.

Ini menjadi kendala berkembangnya Hindu khususnya di Bali . Sy pribadi sudah merubah sistem itu di lingkungan dadia sehingga mau masuk silshkan asal memenhi syarat dan ikut aturan dadia. Kita juga sudah,menyederhanakan ritual tidak seperti dulu. Apa yg bisa dibuat oleh krama itulah yg dipersembahkan

Kalau kita dibali berhasil mengadakan perubahan yg lebih baik maka kita tak perlu khawatir terhadap eksistensi adat istiadat dan budaya Bali bisa berkembang dgn baik,

Sumber : Igede Trawi

Mengapa Masegeh Saat Kajeng Kliwon?

On 1:50 PM with No comments

Berita Hindu IndonesiaKajeng Kliwon, hari pertemuan tri wara “kajeng” dengan Pancawara “kliwon”. Datangnya setiap 15 hari sekali. Kajeng Kliwon adalah hari payogan Sang Hyang Durga Dewi / Bhatari Durga diiringi oleh para bala – bala, rencang - rencang beliau yakni “sarwa buta kala”. Inilah yang sebabnya mengapa pada Kajeng Kliwon aura magisnya sangat kental. Beliau Hyang Durga Dewi sebagai sumber dari segala kesaktian dan kekuatan magis.


Pada hari Kajeng Kliwon, “sang gama tirtha” (umat sedharma) melaksanakan prakerti menghaturkan canang wangi – wangian, pengayatan ditujukan kehadapan Hyang Durga Dewi. Sedangkan di natar sanggah, natar pekarangan dan di lebuh, dihaturkan “segehan” tetabuhan arak berem, ditujukan kepada Sang Tiga Bhucari (Bhuta Bucari, Kala Bucari, Durga Bucari), Sang Adi Kala / Sang Bhuta Raja, dan para bala-balanya yang merupakan para pengiring Hyang Durga Dewi.

Pada hari Kajeng Kliwon, “sang gama tirtha” ngastawa serta menghaturkan sembah bakti kehadapan Hyang Durga Dewi memohon kerahayuan.

Apabila tak pernah menghaturkan segehan, maka Sang Tiga Bhucari akan meminta ijin kepada Hyang Durga Dewi untuk “ngrebeda” mengganggu para penghuni rumah. Mereka menciptakan “gering” (penyakit), mengundang desti, teluh, menyuruh kekuatan hitam dan mahluk gaib seperti tonye, memedi, dll memasuki pekarangan rumah. Sang Bhuta Tiga juga akan menggelar pemunah / pengalah yang menyebabkan situasi rumah menjadi “cemer” tidak suci, muram, tidak nyaman, yang menyebabkan para Betara dan Leluhur tak berkenan lagi “mehyang” di pekarangan itu, lalu kembali ke kayangan. Rumah dan pekarangan menjadi tak terberkati, suwung mangmung. Penghuni rumah menjadi tak nyaman, pikiran kalut, sering sakit, sering mengalami hal aneh, mudah marah, sering salah lihat, sering salah dengar yang menyebabkan salah sangka, salah paham, yang kemudian menjadi sumber dari perselisihan dan pertengkaran.

Upacara Adat Suku Tengger Probolinggo Jawa Timur

On 8:08 AM with No comments


Upacara Suku Tengger

Berita Hindu Indonesia - 
Bak Pengawal yang Setia, Suku Tengger yang tinggal di Kawasan Bromo-Tengger memiliki peranan penting dalam menjaga keluhuran adat dan kesucian kawasan Bromo-Tengger-Semeru. Suku Tengger merupakan sebutan bagi Suku Asli yang mendiami Tengger (dikenal sebagai tanah hila-hila / suci) sejak zaman kerajaan Majapahit, para penghuninya dianggap sebagai abdi di bidang keagamaan.

Mereka hidup sederhana dengan mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan, dan memiliki tingkat pertumbuhan penduduk yang rendah. Yang membedakan mereka, dengan suku Jawapada umumnya, misalkan bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa Jawa Kuno. Sampai saat ini mayoritas Suku Tenggermasih menganut agama Hindu Jawa. Adat istiadat dan budaya para leluhur suku Tenggersangat dipegang teguh hingga kini. Hal ini Tercermin dari masih lestarinya berbagai macam upacara/ritus keagamaan asli dariHindu Tengger.

Upacara adat suku Tengger terdiri dari
(1).Upacara adat yang berhubungan dengankehidupan bermasyarakat suku Tengger, seperti : Hari Raya Karo, Yadnya Kasada dan Unan-Unan,
(2). Upacara adat yang berhubungan dengan siklus kehidupan seseorang, seperti:kelahiran (upacara sayut, cuplak puser, tugel kuncung), menikah (upacara walagara),kematian (entas-entas dll).
(3) Upacara adat yang berhubungan dengansiklus pertanian, mendirikan rumah, dangejala alam seperti leliwet dan barikan. Upacara Yadnya Kasada merupakan ritual tahunan yang dilaksanakan pada malam ke-14 Bulan Kasada. Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasansendratari Rara Anteng – Jaka Seger di panggung terbuka Pendopo Agung Desa Ngadisari.

Sumber :
#slokaweda #hindu #hindunusantara #hindubali #sloka #weda #infobali

@hindu_dharma @bimashindulpg @ukmhinduunila @unhidenpasar @puskorhindunesia @ppkmhdi @pckmhdipalu @pckmhdidenpasar @kmhdijatim @kmhdundip @kmh.telkomuniversity @kmhdunram @kmhdipalembang @kmhipo @kmhdisumsel @kmh_itb @kmhdi.jabar @kmhdiyogyakarta @kmhdipb @kmhb_unj @kmhbstan @kmhdfkugm @kmhd.sampoernauniversity @kmhdisurabaya @pc_kmhdibanjarmasin @kmhdi_bandarlampung @kmhd.isiyk @pc.kmhdi.karangasem @dpnperadahindonesia @peradah_kepri @peradah_sulsel @madewirayasa
PURA MANDALA GIRI SEMERU KABUPATEN LUMAJANG

On 4:03 PM with No comments

Pura Lumajang

Berita Hindu Indonesia - Komunitas agama Hindu ini memiliki tempat ibadah yang bernama Pura Mandara Giri Semeru, yang juga dijadikan sebagai objek wisata religi di Kabupaten Lumajang. Selain masyarakat Hindu di Senduro, pura ini juga sering dikunjungi masyarakat Hindu dari luar daerah Jawa Timur, termasuk dari Bali, terlebih pada saat hari-hari besar keagamaan atau juga pada saat upacara Piodalan (ulang tahun pura) yang diadakan tiap tahun sekitar bulan Juli. Pada upacara ini akan tampak masyarakat Hindu dari berbagai daerah yang memenuhi kawasan pura untuk berdoa dan menampilkan berbagai macam kesenian, termasuk kesenian Bali.

Terletak di sebelah timur kaki Gunung Semeru, di balik berdirinya pura ini ternyata terdapat sebuah cerita yang menarik. Awal pendirian Pura Mandara Giri Semeru di Kecamatan Senduro berkaitan dengan upacara Nuur Tirta, yaitu upacara memohon atau pengambilan air suci ke Patirtaan Watu Kelosot di kaki Gunung Semeru oleh umat Hindu dari Bali. Upacara Nuur Tirta ini merupakan bagian dari proses upacara Agung Karya Ekadasa Rudra di Pura Agung Besakih, yaitu pura yang berlokasi di kaki Gunung Agung di Bali. Pada upacara ini air suci harus dibawa oleh umat Hindu dari kaki Gunung Semeru hingga ke Pura Agung Besakih. Upacara ini awalnya dilakukan pada bulan Maret tahun 1963, yang kemudian dilaksanakan lagi pada tahun 1979. 

Dengan adanya upacara yang diadakan secara berkala tersebut, yang melibatkan umat Hindu baik dari Bali maupun umat Hindu asli sekitar kawasan Gunung Semeru, maka diputuskan untuk mendirikan tempat suci di kawasan yang dalam sejarah dinyatakan sebagai kawasan suci semasa Jawa Kuno ini. Meski awalnya permohonan pendirian pura sempat ditolak Pemerintah karena lokasinya berada di sekitar permukiman masyarakat non-Hindu, namun pada akhirnya terbukti bahwa tampak jelas adanya kerukunan antar umat beragama di daerah sekitar pura ini.

Sumber :
#slokaweda #hindu #hindunusantara #hindubali #sloka #weda #infobali
@jokowi @hindu_dharma @bimashindulpg @ukmhinduunila @unhidenpasar @puskorhindunesia @ppkmhdi @pckmhdipalu @pckmhdidenpasar @kmhdijatim @kmhdundip @kmh.telkomuniversity @kmhdunram @kmhdipalembang @kmhipo @kmhdisumsel @kmh_itb @kmhdi.jabar @kmhdiyogyakarta @kmhd
Seks dan Spiritualitas

On 12:46 PM with No comments



Berita Hindu Indonesia - Kasus penelanjangan di Tanggerang dapat dijadikan refleksi atas kondisi sosial kini. Mereka adalah cerminan dari manusia-manusia yang prustasi, dan efek dari kemunafikan agama yang memandang seksual sebagai sesuatu yang tabu, dan sesat. Daging, darah, tubuh, bau, payudara, vagina, venis, sperma, ovum dst sebagai kekotoran yang dapat mendatangkan kejatuhan di limbah neraka. Doktrin yang demikian, justru akan mengkebiri sisi kealamiahan manusia yang memang harus memiliki hasrat seksual yang berpuncak pada perjumpaan tubuh. Pertentangan antara doktrin agama (tertentu) dan hasrat lahiriah (seksualitas) berdampak pada kekerasan psikologis. Klimaks dari semua itu adalah "prustasi dan setres". Ciri masyarakat prustasi dalam ilmu psikologi sosial, yakni begitu gampang terpropokasi, dan melakukan penghakiman atas "agama, iman dan ayat-ayat suci" (hati-hati setan pun bisa mengutip ayat suci demi dalih pembenaran).

Seksualitas dalam Tantra adalah salah satu jalan menuju pada "pencerahan diri" hingga mencapai kelepasan/kebebasan. Selain memang Tantra menerima sekssualitas tersebut sebagai sebuah sisi dari kealamiahan manusia sebagai makhluk yang bertumbuh dan berkembang. Seks bukanlah sesuatu yang menjijikan dan sedemikian rupa membawa manusia pada kejatuhan. Justru seks adalah “obat” bagi jiwa yang terluka sehingga hidup menjadi menggembirakan dan penuh dengan vitalitas serta bahagia. Sebab dalam Tantra, seks akan dapat menjadikan nafsu, birahi (emosional) dapat menjadi energi kreativitas yang tinggi. Merepresi dan menegasikan (menghilangkan) seks, maka emosional dalam diri akan melakukan perlawanan dan menekan psikis, sehingga hormon “Endorpin” (hormone kegembiraan) akan tertutup. Justru dengan seks hormon kegembiraan akan membuat semua lapisan mental berada pada kondisi alpha dan tetha.

Seks yang baik dan dilakukan dengan teknik Tantra, maka dapat membawa gelombang otak (Brainwave) pada kondisi yang tenang.  Sebab seks yang baik, dilakukan dengan sadar penuh melalui sentuhan-sentuhan dan postur tubuh serta ciuman yang dapat mengaktivasi titik simpul saraf secara optimal. Terlebih ketika gesekan venis dan vagina dengan ritme yang teratur, dan olah nafas, serta menikmati panas dari energi prana yang terpancar hingga berpuncak pada orgasme, maka semua bentuk nafsu, emosional, kemarahan, birahi dan semacamnya akan terlepas. Terpenting, semua itu dilakukan dengan “kesakralan” yang tidak boleh terabaikan. Sebab seks dalam Tantrik Kiri adalah sesuatu yang sakral dan pemujaan kepada Sakti sebagai energi darimana semuanya terlahir, hidup dan kembali. Seks adalah mengalami energi kreasi (creator spirit) sebagai bentuk penghormatan kepada perempuan sebab di dalamnya ada perpaduan “rasa” (sakti bhawa). Bayangkan….perempuan tidak ada parasnya yang cantik, tidak ada payudaranya, dan tidak ada vaginanya dst…wah…setresss!!!!! Jadi, seks bukan menjijikan tetapi tangga menuju pencerahan diri dan pensakralan tubuh  sebagai “meru” nya Jiwa.
Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Agama Hindu

On 2:39 PM with No comments

proses pencitaan alam semesta

Pendahuluan
Alam semesta, dalam Hindu disebut dengan Bhuwana agung. Bhuwana  agung juga disebut dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut bhuwana agung.
Pada saat ini sering muncul berbagai pertanyaan mengenai alam smesta. Sebenarnya alam semesta ini apa? bagaimana awal dari alam semesta ini? dan siapa yag menciptakan?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul di berbagai kalangan. Dan sejauh ini para ilmuwan sudah melakukan penelitian-penelitian secara mendetail.dari penelitian-penelitian tersebut memunculkan berbagai teori-teori tentang alam semesta/kosmologi. Dan  seiring dengan berjalannya waktu, teori-teori tersebut banyak yang digugurkan para ilmuwan lainnya. Namun dari teori-teori yang sudah ada masih belum bisa diketahui mana yang lebih jelas atau benar.
Penelitian-penelitian tersebut sudah terjadi sejak sebelum masehi hingga sekarang, namun apabila dikaitkan dengan keadaan saat ini masih belum ada teori yang menjelaskan secara pasti. Oleh sebab itu saya akan memaparkan sedikit pengetahuan yang saya ketahui tentang definisi alam semesta menurut ajaran Hindu dan konsep harmoni alam semesta.
Pembahasan
Konsep Harmoni Alam Semesta
a.  Tri Hita Karana
Tri Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang berarti tiga, “Hita” yang berarti kebahagiaan dan “Karana” yang berarti penyebab. Dengan demikian Tri Hita Karana berarti “Tiga penyebab terciptanya kebahagiaan”.
Konsep kosmologi Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup tangguh. Falsafah tersebut memiliki konsep yang dapat melestarikan keanekaragaman budaya dan lingkungan di tengah hantaman globalisasi dan homogenisasi. Pada dasarnya hakikat ajaran tri hita karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam sekitar, dan hubungan dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Setiap hubungan memiliki pedoman hidup menghargai sesama aspek sekelilingnya. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari dari pada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tentram, dan damai.
Hakikat mendasar Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara Manusia dengan Tuhan nya, Manusia dengan alam lingkungannya, dan Manusia dengan sesamanya. Dengan menerapkan falsafah tersebut diharapkan dapat menggantikan pandangan hidup modern yang lebih mengedepankan individualisme dan materialisme. Membudayakan Tri Hita Karana akan dapat memupus pandangan yang mendorong konsumerisme, pertikaian dan gejolak.
b. Manusia dengan Alam Lingkungan
Manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Manusia memperoleh bahan keperluan hidup dari lingkungannya. Manusia dengan demikian sangat tergantung kepada lingkungannya. Oleh karena itu manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya. Lingkungan harus selalu dijaga dan dipelihara serta tidak dirusak. Lingkungan harus selalu bersih dan rapi. Lingkungan tidak boleh dikotori atau dirusak. Hutan tidak boleh ditebang semuanya, binatang-binatang tidak boleh diburu seenaknya, karena dapat menganggu keseimbangan alam. Lingkungan justu harus dijaga kerapiannya, keserasiannya dan kelestariannya. Lingkungan yang ditata dengan rapi dan bersih akan menciptakan keindahan. Keindahan lingkungan dapat menimbulkan rasa tenang dan tentram dalam diri manusia.
Kesimpulan

Pokok ajaran Tri Hita karana dalam bagian manusia dengan alam/ lingkungan karena manusia hidup dalam lingkungan dan proses penciptaan alam semester disebut dengan dengan Bhuwana agung. Bhuwana  agung juga disebut dengan istilah “makrokosmos, jagat raya, alam besar, brahmanda”. Semua gugusan matahari, bintang, planet, bumi, bulan dan yang menjadi isi alam semesta ini disebut bhuwana agung.
Menerapkan Nilai-Nilai Humanis Dalam Konteks Eko Religius Alam

On 2:20 PM with No comments

ilustarasi

Pendahuluan
     Manusia hidup dalam lingkungan dan melakukan interaksi dengan komponen-komponen yang ada di lingkungannya. Interaksi tersebut dapat terjadi dengan komponen biotik maupun abiotik serta sosial budaya. Pada awalnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya lebih bersifat eksploitatif terhadap alam, sehingga muncul berbagai masalah lingkungan.
Pembahasan
Pengertian Humanis
Secara historis humanisme dalam bingkai modernitas melahirkan humanisme modern (modern humanism). Humanisme modern memisahkan dan bahkan menganggap tidak perlu terhadap nilai-nilai spiritualitas transenden (Luca 1972, 5). Agama sebagai sesuatu yang inheren dalam diri manusia dinafikan, karena agama dalam perspektif modernitas dianggap tidak dapat menyelesaikan  problematika sosial, sehingga cara pemecahan rasional yang serba positif dan temporal menjadi sangat penting.
Melihat kecenderungan humanisme modern sebagaimana tergambar di atas, maka sangat wajar jika Mario Bunge (2000,16) membagi dua model humanisme, yaitu humanisme sekular dan humanisme religius. Humanisme sekuler (secular humanism) melihat manusia dan masyarakat atas dasar rasionalitas, sedangkan humanisme religius (religious humanism) melihat manusia dan masyarakat berdasarkan pada nilai-nilai moral (etika) sebagaimana yang lazim terdapat dalam agama.
Saat ini, baik humanisme sekuler maupun humanisme religius, keduanya belum mampu mengantarkan terbentuknya individu dan masyarakat ideal.Humanisme sekuler, sekalipun didukung oleh kemanjuan teknologi, belum dapat menyelesaikan problematika individu dan masyarakat, terutama individu dan masyarakat modern Barat, misalnya terhadap krisis spiritual, krisis lingkungan dan sebagainya (Nasr 1975, 3-5). Humansime sekuler dianggap telah gagal menjadi filosofi hidup manusia karena ternyata belum mampu mengangkat harkat kemanusiaan (humanistik) dan eksistensi manusia yang sebenarnya serta kehilangan spirit keagamaan sehingga manusia sekular selalu mengalami kegelisahan spiritual. Di lain pihak, humanisme religius selalu dipahami dalam makna yang sempit, dan luas.
Kesimpulan
Humanisme yang berkembang saat ini dapat di pandang sebagai bentuk gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan perilaku etis setiap bentuk tindakan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya, bertujuan membentengi martabat kemanusiaan manusia itu sendiri. Humanisme religious berlandaskan pada keyakinan dan nilai-nilai etik-spiritual yang kokoh, bahwa setiap manusia harus diperlakukan sebagai manusia, dapat menyatukan manusia yang berbeda, baik perbedaan keyakinan dan pola kehidupan sosial, sebuah masyarakat yang melindungi martabat seluruh anggotanya, karena manusia yang ada di dalamnya menjadi sasaran utama.
Aktualisasi humanisme religius menuju humanisme spiritual merupakan salah satu model yang baik dan pantas ditawarkan bagi upaya menyikapi tantangan global dengan mencoba menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang hilang. Humanisme religius tidak memisahkan dunia ke dalam bidang yang berbeda dan mampu melihat akal atau rasionalitas dan pengalaman mistis spiritualis terpancar dari sumber yang sama. Oleh karena itu, perlu menata kembali nilai kebersamaan yang humanis, karena ungkapan tersebut mengandung banyak nilai yang berharga. Sikap humanis-religius, yakni sikap yang mengedepankan sisi-sisi kemanusiaan dan nilai-nilai religi (agama). Humanisme religius mengajarkan kepada manusia untuk berlaku adil antar sesama dan hidup damai di tengah kancah perbedaan. Kejahatan dan penghancuran nilai-nilai kemanusiaan, merupakan bentuk penodaan kesucian Tuhan, dirinya, agama dan para pemeluknya. Sikap marah atau kejam atas nama agama (Tuhan) menurut penulis sangat menjijikkan, justru penghinaan terhadap Tuhan.
Nilai-nilai etis sebagai standar moral bagi bangunan masyarakat humanis yang religius saat ini telah terkikis oleh krisis spiritual manusia. Agama seakanakan tidak lagi dapat berperan menyelesaikan problem kehidupan, bahkan kini dianggap telah menjadi sumber kekerasan dan petaka yang semakin mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu perlu perhatian serius dari insan beragama dalam menata ulang kehidupan yang harmonis dan seimbang sesuai dengan tatanan universal alam semesta yang membawa rahmat bagi seluruh isi di dalamnya.
Kementerian Agama Akan Menggelar Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional VI Tahun 2017 di Lampung

On 9:36 AM with No comments



Berita Hindu Indonesia. Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional VI Tahun 2017 menurut rencana akan diselenggarakan tanggal 4 s/d 8 September 2017 di Provinsi Lampung. Bertindak sebagai tuan rumah adalah Sekolah Tinggi Agama Hindu Lampung. Ajang kompetisi 3 tahunan antar Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu (PTKH) yang difasilitasi Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama Republik Indonesia tersebut menurut rencana akan dibuka oleh Sekjen Kementerian Agama RI mewakili Menteri Agama karena saat acara diselenggarakan sedang melaksanakan tugas sebagai Amirul Haj di Arab Saudi.

Pada gelaran Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional Tahun 2017 kali ini, tema yang diambil adalah 

“Melalui Temu Karya Ilmiah Kita Kembangkan Budaya Akademik yang Kreatif, Terampil dan Berdaya Saing Guna Memperkokoh Atmosfir Akademik di Lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu”.

Lomba diikuti 550 peserta dosen dan mahasiswa dari 11 Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Negeri dan Swasta se Indonesia yang akan mempertandingkan 14 jenis lomba dan terbagi dalam dua kategori lomba karya ilmiah dan lomba keterampilan akademik antara lain: Lomba Presentasi Penulisan Proposal Penelitian, Lomba Presentasi Hasil Penelitian, Lomba Penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, Lomba Resensi Buku, Lomba Rancangan Penulisan Buku, Lomba Yoga Asanas, Dharmawacana Bahasa Indonesia, Cipta Tari Kreasi Keagamaan Hindu, Cipta Lagu Keagamaan Hindu, Apresiasi Sloka, Apresiasi Palawakya, Lomba Mengajar (Micro Teaching), Cipta Sastra Yantra dan yang terakhir adalah Lomba Dharmawacana Bahasa Inggris. Selain berbagai jenis lomba diatas juga akan diselenggarakan Parade atau pawai, Sarasehan, Pameran, Tirta Yatra, Launching / Bedah Buku, Olah Raga, dan eksibisi seni.

Direktur Pendidikan Hindu Ditjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Ida Bagus Gde Subawa dalam keterangan persnya mengatakan bahwa kegiatan Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu merupakan agenda 3 tahunan Ditjen Bimas Hindu yang diharapkan bisa meningkatkan kerja sama, kualitas Tri Dharma, serta kualitas suasana akademis, antar Perguruan Tinggi Hindu se Indonesia. 

“ Dengan demikian akan terjadi peningkatan kualitas mutu perguruan tinggi terutama kualitas penelitian dan kualitas akademis lainnya pada civitas akademika Perguruan Tinggi Agama Hindu dan saya berharap peserta bisa menampilkan karya terbaiknya” jelas IBG. Subawa. 

Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana I Made Santika menyampaikan bahwa Ditjen Bimas Hindu selaku pembina fungsional akademik sudah siap untuk menggelar Temu Karya Ilmiah PTKH pada bulan September 2017 besok. Temu Karya Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu Tingkat Nasional ke 6 ini menurut Santika dilaksanakan dalam rangka meningkatkan standar mutu pembelajaran ilmiah guna pengembangan disiplin ilmu agama dan keagamaan. Dalam penyelenggaraan Temu Karya Ilmiah melibatkan mahasiswa serta dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu untuk ikut ambil bagian dan meyusun karya ilmiah. Dengan demikian diharapkan di masing – masing perguruan tinggi Hindu nantinya akan tumbuh suasana berkembang akademis yang religius dan dapat berdaya saing dengan perguruan tinggi lainnya.

Lebih lanjut Made Santika mengatakan bahwa 11 Perguruan Tinggi Keagamaan Hindu suadah siap mengirimkan kontingennya masing-masing. Kesebelas PTKH tersebut yaitu Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Gde Pudja Mataram, Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Tampung Penyang Palangka Raya, STAH Dharma Nusantara Jakarta, STAH Santika Dharma Malang, STAH Dharma Sentana Palu, Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten, STAH Lampung, STKIP Agama Hindu Singaraja, STKIP Agama Hindu Amlapura Karangasem dan Universitas Hindu (UNHI) Denpasar. 

“Semoga kehadiran kontingen dari berbagai wilayah di Indonesia pada acara Temu Karya Ilmiah di Provinsi Lampung ini bisa memberikan kontribusi positif bagi kesemarakan dan kerukunan kehidupan beragama yang sudah berjalan baik selama ini di SANG BUMI RUWA JURAI ” Lampung“ kata Made Santika.