Berita Hindu Indonesia

Media Informasi Terkini Masyarakat Hindu Indonesia

Iklan Leo Shop

Pasang iklan disini

TWITTER

Powered by Blogger.

Menerapkan Nilai-Nilai Humanis Dalam Konteks Eko Religius Alam

On 2:20 PM with No comments

ilustarasi

Pendahuluan
     Manusia hidup dalam lingkungan dan melakukan interaksi dengan komponen-komponen yang ada di lingkungannya. Interaksi tersebut dapat terjadi dengan komponen biotik maupun abiotik serta sosial budaya. Pada awalnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Namun, belakangan ini hubungan tersebut berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang. Manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya lebih bersifat eksploitatif terhadap alam, sehingga muncul berbagai masalah lingkungan.
Pembahasan
Pengertian Humanis
Secara historis humanisme dalam bingkai modernitas melahirkan humanisme modern (modern humanism). Humanisme modern memisahkan dan bahkan menganggap tidak perlu terhadap nilai-nilai spiritualitas transenden (Luca 1972, 5). Agama sebagai sesuatu yang inheren dalam diri manusia dinafikan, karena agama dalam perspektif modernitas dianggap tidak dapat menyelesaikan  problematika sosial, sehingga cara pemecahan rasional yang serba positif dan temporal menjadi sangat penting.
Melihat kecenderungan humanisme modern sebagaimana tergambar di atas, maka sangat wajar jika Mario Bunge (2000,16) membagi dua model humanisme, yaitu humanisme sekular dan humanisme religius. Humanisme sekuler (secular humanism) melihat manusia dan masyarakat atas dasar rasionalitas, sedangkan humanisme religius (religious humanism) melihat manusia dan masyarakat berdasarkan pada nilai-nilai moral (etika) sebagaimana yang lazim terdapat dalam agama.
Saat ini, baik humanisme sekuler maupun humanisme religius, keduanya belum mampu mengantarkan terbentuknya individu dan masyarakat ideal.Humanisme sekuler, sekalipun didukung oleh kemanjuan teknologi, belum dapat menyelesaikan problematika individu dan masyarakat, terutama individu dan masyarakat modern Barat, misalnya terhadap krisis spiritual, krisis lingkungan dan sebagainya (Nasr 1975, 3-5). Humansime sekuler dianggap telah gagal menjadi filosofi hidup manusia karena ternyata belum mampu mengangkat harkat kemanusiaan (humanistik) dan eksistensi manusia yang sebenarnya serta kehilangan spirit keagamaan sehingga manusia sekular selalu mengalami kegelisahan spiritual. Di lain pihak, humanisme religius selalu dipahami dalam makna yang sempit, dan luas.
Kesimpulan
Humanisme yang berkembang saat ini dapat di pandang sebagai bentuk gerakan lintas budaya dan universal, dalam arti berbagai sikap dan perilaku etis setiap bentuk tindakan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya, bertujuan membentengi martabat kemanusiaan manusia itu sendiri. Humanisme religious berlandaskan pada keyakinan dan nilai-nilai etik-spiritual yang kokoh, bahwa setiap manusia harus diperlakukan sebagai manusia, dapat menyatukan manusia yang berbeda, baik perbedaan keyakinan dan pola kehidupan sosial, sebuah masyarakat yang melindungi martabat seluruh anggotanya, karena manusia yang ada di dalamnya menjadi sasaran utama.
Aktualisasi humanisme religius menuju humanisme spiritual merupakan salah satu model yang baik dan pantas ditawarkan bagi upaya menyikapi tantangan global dengan mencoba menemukan kembali nilai-nilai kemanusiaan yang hilang. Humanisme religius tidak memisahkan dunia ke dalam bidang yang berbeda dan mampu melihat akal atau rasionalitas dan pengalaman mistis spiritualis terpancar dari sumber yang sama. Oleh karena itu, perlu menata kembali nilai kebersamaan yang humanis, karena ungkapan tersebut mengandung banyak nilai yang berharga. Sikap humanis-religius, yakni sikap yang mengedepankan sisi-sisi kemanusiaan dan nilai-nilai religi (agama). Humanisme religius mengajarkan kepada manusia untuk berlaku adil antar sesama dan hidup damai di tengah kancah perbedaan. Kejahatan dan penghancuran nilai-nilai kemanusiaan, merupakan bentuk penodaan kesucian Tuhan, dirinya, agama dan para pemeluknya. Sikap marah atau kejam atas nama agama (Tuhan) menurut penulis sangat menjijikkan, justru penghinaan terhadap Tuhan.
Nilai-nilai etis sebagai standar moral bagi bangunan masyarakat humanis yang religius saat ini telah terkikis oleh krisis spiritual manusia. Agama seakanakan tidak lagi dapat berperan menyelesaikan problem kehidupan, bahkan kini dianggap telah menjadi sumber kekerasan dan petaka yang semakin mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itu perlu perhatian serius dari insan beragama dalam menata ulang kehidupan yang harmonis dan seimbang sesuai dengan tatanan universal alam semesta yang membawa rahmat bagi seluruh isi di dalamnya.
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Comments
0 Comments